Misteri 'Wasit' dan Aliran CSR Rp420 Miliar, Harvey Moeis Diminta Bersikap Jujur
Misteri 'Wasit' dan Aliran CSR Rp420 Miliar, Harvey Moeis Diminta Bersikap Jujur--(Antara)
Harvey menjawab, "Izin Yang Mulia, saya sempat diperlihatkan percakapan ini. Saya berusaha mengingat-ingat apa maksud saya menyebut 'wasit' itu. Saya juga sudah lupa, Yang Mulia."
Jaksa Penuntut Umum pun kembali bertanya dengan tegas, "Masa saudara tidak tahu apa yang saudara tulis?"
Harvey menjelaskan, "Karena saat itu kami berusaha mencari solusi untuk membantu PT Timah, Pak."
BACA JUGA:Ekspor Timah dan Nontimah Babel Alami Peningkatan Signifikan, Ini Negara Tujuan Utama
Pontoh kemudian menengahi, "Maksud saudara dengan wasit itu apakah orang berpengaruh di Jakarta? Apakah dia pengusaha besar yang berpengaruh, atau aparat penegak hukum? Apa yang saudara maksud dengan wasit itu?"
"Saya tidak bisa mengonfirmasi, Yang Mulia," jawab Harvey Moeis.
Pontoh kembali bertanya apakah "wasit" itu seorang pengusaha atau pejabat berpengaruh. Menurut Pontoh, hanya dua pihak tersebut yang bisa disebut wasit karena berkaitan dengan masalah harga.
"Saudara jujur saja!" tegas Pontoh.
Harvey sempat terdiam sejenak. Pontoh kembali menekan, "Wasit itu orang atau apa? Wasit kan pengadil, penentu," tanyanya.
"Betul," jawab Harvey Moeis.
Kemudian, Harvey menjelaskan, "Kalau pengusaha rasanya tidak, Pak, karena grup ini... eh, inisiasinya adalah perpanjangan tangan dari pemerintahan, sepertinya wasitnya adalah beliau-beliau, Pak."
BACA JUGA:Siapa Pemilik 17 Ton Timah Ilegal? Polres Belitung Diminta Transparan
"Apa? Penguasa? Pejabat?" tanya Pontoh.
Harvey tetap berkukuh menjawab tidak tahu, "Saya sudah lupa alasan saya ngomong begitu, Pak."
"Terserah saudara, nanti kami simpulkan dalam tuntutan kami," kata JPU.