BELITONGEKSPRES.COM - Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan kecerdasan buatan (AI) semakin melesat, mengubah banyak aspek kehidupan manusia.
Namun, di balik kemajuan teknologi ini, para ahli juga memperingatkan akan potensi risiko besar yang mengancam umat manusia, terutama dari Artificial General Intelligence (AGI).
AGI adalah sebuah sistem AI yang mampu beroperasi mandiri tanpa campur tangan manusia. Risiko ini sudah berada di depan mata dan membutuhkan tindakan nyata untuk dicegah.
Michael Wade, Director of Global Center for Digital Business Transformation di International Institute for Management Development (IMD), menegaskan bahwa dunia saat ini sedang memasuki fase risiko tinggi dari AGI.
BACA JUGA:Fitur AI Galaxy yang Mungkin Berbayar di 2025, Apa Saja?
Wade menjelaskan bahwa AGI melewati empat fase risiko: rendah, sedang, tinggi, dan kritis. Saat ini, sudah berada di fase transisi antara risiko sedang menuju risiko tinggi.
"Jika dibiarkan tanpa regulasi, AGI yang tidak terkendali dapat membawa bencana bagi umat manusia,” ungkap Wade dikutip seperti dikutip pada Senin, 7 Oktober 2024.
Menurut Wade, potensi bencana terbesar muncul ketika AI digunakan untuk mengendalikan persenjataan nuklir, biologi, atau kimia.
Bahkan, China saat ini mempercepat pengembangan robot humanoid yang digunakan di infrastruktur penting seperti jaringan listrik dan pembangkit tenaga nuklir.
BACA JUGA:OpenAI Berencana Kenakan Biaya Akses ChatGPT, Segini Tarif Bulanannya
Selain itu, tanpa regulasi yang jelas, AI berisiko disalahgunakan untuk mengacaukan pasar keuangan, merusak infrastruktur vital, dan bahkan mempengaruhi sistem politik serta sosial.
Yoshua Bengio, salah satu pelopor AI yang juga dikenal sebagai 'Godfather' AI, turut memperingatkan risiko yang tak terduga dari teknologi ini.
Ia menekankan bahwa AI sudah digunakan untuk memanipulasi kampanye politik, terutama di Amerika Serikat.
“Jika superintelligence mencapai tahap di mana AI memiliki kemampuan mempertahankan diri, itu bisa berakhir dengan AI menghancurkan umat manusia,” kata Bengio.
Bengio dan Wade sama-sama menyarankan bahwa regulasi yang tepat dapat menjadi solusi efektif untuk membatasi risiko AI.