Amerika Serikat menjadi salah satu pasar utama untuk ekspor kratom Indonesia, dengan total ekspor mencapai 4,86 juta dolar AS pada periode Januari-Mei 2023.
Teten mengingatkan agar masyarakat tidak hanya menjual bahan mentah, melainkan juga memfokuskan pada pengolahan produk kratom untuk meningkatkan nilai tambahnya.
"Hilirisasi memerlukan teknologi, dan itu tidak mahal. Ini bisa dilakukan di Rumah Produksi Bersama," tegas Menkop UMK seperti dilansir dari Antara.
BACA JUGA:Pimpinan KPK Curhat, Ungkap Sulit Temui Presiden Jokowi
Kratom Produk Unggulan Kalimantan
Teten berharap kratom akan menjadi produk unggulan dari Kalimantan dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Ia juga menekankan pentingnya menjaga ekosistem perdagangan dan investasi agar tetap baik dan sesuai dengan standar yang berlaku.
Sementara itu, CEO Koperasi Koprabuh, Yohanis Walean, menyatakan bahwa produk kratom telah memenuhi kategori herbal dan legal ekspor dengan potensi yang lebih besar dibandingkan komoditas lain seperti sawit.
Menurut Yohanis Walean, penanaman kratom tidak rumit dan dapat dilakukan di berbagai lingkungan, termasuk daerah yang sering terendam banjir.
"Kratom dapat tumbuh meskipun terendam banjir selama tiga bulan. Kuncinya adalah ketersediaan sumber air di sekitar area penanaman," ujar Yohanis.
BACA JUGA:Kasus Pencabulan di Belitung, Brigadir AK Sudah Dikirim ke Lapas Tanjungpandan
BACA JUGA:Babak Akhir Kasus Korupsi Dana Covid-19 RSUD Beltim, Terdakwa Bacakan Duplik
Dengan dukungan dari pemerintah dan koperasi, kratom diharapkan dapat menjadi motor penggerak ekonomi baru yang bermanfaat bagi masyarakat Kalimantan.