SEMARANG - Kesadaran sejarah dari suatu bangsa sangat penting. Sejarah Indonesia yang tercatat lahir pada bulan Mei terdapat kelompok-kelompok pemuda pada tahun 1908 men-declare membentuk satu kesatuan bangsa pada lebih 1 abad lalu.
Harus disadari, kesadaran sejarah dari bangsa Indonesia sudah demikian panjang. Oleh karena itu, amat disayangkan jika saja ada pihak-pihak tertentu yang ingin pecah belah bangsa dan demokrasi.
Hal itu berarti, menurut Rektor Universitas Paramadina Prof. Dr. Didik J. Rachbini, ingin menghancurkan sejarah panjang perjalanan bangsa.
Perkumpulan Boedi Utomo adalah awal munculnya kesadaran dari kelompok elite bangsa, kemudian terus bermunculan organisasi kebangsaan sampai 1945. Pada kala itu menggunakan demokrasi perwakilan lewat Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
BACA JUGA:Menparekraf Sandiaga Uno: Indonesia Punya 2 Desa Wisata Terbaik Dunia
BACA JUGA:LPSK Tolak Perlindungan untuk 9 Pemohon dalam Kasus Pembunuhan Cirebon, Ini Alasannya
Untuk diketahui, pada tahun 1945 golongan terdidik bangsa hanya 5 persen dari total jiwa penduduk Indonesia. Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, demokrasi perwakilan itu masih digunakan dengan sistem noken di Papua.
Konteks amat pentingnya bangun kesadaran sejarah ditekankan pula oleh Prof. Didik dalam diskusi bertopik Kebangkitan Nasional, Kebangkitan Ekonomi? yang diselenggarakan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dan Universitas Paramadina di Jakarta, Senin 27 Mei.
Membangun kesadaran sejarah amat penting karena kelak pada ujungnya adalah kembali pada UUD NRI Tahun 1945 yang dalam ekonomi politik masuk wilayah ekonomi konstitusi.
Kondisi pada masa itu tentu berbeda dengan keadaan masa kini. Namun, spirit kebangsaan tetap harus terjaga manakala anak bangsa ini selalu bertekad membangun kesadaran sejarah.
BACA JUGA:Barang Bukti Kasus Korupsi Timah Harvey Moeis dan Helena Lim Dilimpahkan ke Kejaksaan
BACA JUGA:Gibran Uji Coba Makan Siang Bergizi Gratis di SDN Bogor, Ini Menu-menunya
Setidaknya benang merah jangan sampai terputus ketika anak bangsa akan membangkitkan ekonomi bangsa ini di tengah ekonomi global yang sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, perlambatan ekonomi dan stagnasi global masih berlanjut pada tahun 2024.
Stagnasi global tersebut mencatat produk domestik bruto (PDB) global hanya akan tumbuh di angka 3,2 persen (yoy) global tahunan 2023, 2024, dan 2025.
Meski negara-negara ekonomi maju mengalami sedikit penguatan ekonomi (1,7 persen), kata Eisha Maghfiruha R. Ph.D., Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF, di negara-negara berkembang terjadi sedikit perlambatan hanya tumbuh 4,2 persen pada tahun 2024.