Bahlil Menilai Energi Hijau Lebih Tepat untuk Kebutuhan Industri Daripada Rumah Tangga
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam acara bertajuk “Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Baru” di Jakarta, Kamis (30/1/2025)-Putu Indah Savitri-ANTARA
BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berpendapat bahwa penerapan energi hijau, atau energi baru dan terbarukan, lebih sesuai untuk kebutuhan industri daripada untuk konsumsi rumah tangga.
Dalam pandangannya, energi hijau memiliki potensi besar untuk mendukung industri yang memproduksi barang-barang dengan daya saing tinggi di pasar global.
Dalam acara bertajuk “Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang di Era Baru” di Jakarta, Bahlil menjelaskan bahwa penggunaan energi hijau memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan energi fosil.
Jika energi ini hanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, dia khawatir akan terjadi pembengkakan biaya produksi yang bisa membebani masyarakat dan menciptakan tekanan pada anggaran subsidi pemerintah.
BACA JUGA:Menkop Budi Arie Ingatkan Masyarakat Waspada Investasi Koperasi dengan Penawaran Bunga Tinggic
BACA JUGA:Mentan Amran: Pemerintah Sepakati Penyerapan 3 Juta Ton Beras hingga April 2025
Dia menekankan bahwa dana subsidi seharusnya dialokasikan untuk hal-hal lain yang juga menjadi prioritas pemerintah. Dengan demikian, pengembangan energi baru dan terbarukan seharusnya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan industri.
Bahlil juga membahas tentang tingginya biaya gas jika digunakan sebagai pengganti batu bara dalam pembangkit listrik. Ia mengungkapkan bahwa selisih biaya antara listrik yang dihasilkan dari batu bara dan gas bisa mencapai triliunan rupiah, mengingat harga gas yang jauh lebih mahal.
Menurutnya, biaya gas bisa mencapai Rp2.600 triliun lebih mahal daripada batu bara. Penjelasannya ini terkait dengan rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik PLN sebesar 20 gigawatt (GW) hingga tahun 2040, yang akan menggunakan gas sebagai sumber energinya.
Rencana tersebut merupakan langkah Indonesia untuk bertransisi dari bahan bakar fosil menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. (antara)