Djoss Belitung

Ekonomi Rendah Emisi di Lahan Gambut

Seorang petani memetik daun sawi yang ditanam di lahan gambut di Desa Sungai Selamat, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (12/11/2024). ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/Spt. -Jessica Wuysang-Antara Foto

Selain itu kemampuan untuk inventarisasi emisi gas rumah kaca penting dikuasai oleh para pemangku kepentingan untuk menilai aspek keberlanjutan dari pengelolaan lahan gambut.

Upaya menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengelolaan lahan gambut sangat penting dalam diplomasi global.

Indonesia telah berkomitmen meningkatkan target national determined contribution (NDC) dari 26 persen menjadi 29 persen berupa pengurangan emisi gas rumah kaca dengan usaha sendiri pada tahun 2030.

BACA JUGA:Mewujudkan Pilkada Berintegritas

Emisi GRK

Telah diketahui bahwa meningkatnya emisi GRK sejalan dengan meluasnya lahan gambut yang didrainase serta kedalaman muka air tanah akibat drainase.

Namun, pada faktanya terdapat ketidakpastian dalam inventarisasi GRK karena lahan gambut bersifat dinamis dan beragam. Dengan demikian diperlukan riset yang intensif untuk menghasilkan data empiris emisi GRK di lapangan.

Aktivitas ekonomi yang saat ini dominan di lahan gambut yang dikelola perusahaan dan masyarakat adalah perkebunan sawit.

Pemerintah sebagai regulator perlu menyusun standar pengelolaan perkebunan sawit di lahan gambut secara berkelanjutan.

Standar pengelolaan lahan gambut bagi perkebunan sawit menjadi penting, mengingat perkebunan kelapa sawit merupakan penggunaan lahan yang dominan di lahan gambut.

Kementerian Pertanian melalui Balai Pengujian Standar Instrumen (BPSI) Tanah dan Pupuk bekerja sama dengan World Agroforestry (ICRAF) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melaksanakan kegiatan improving the management of peat and the capacities of stakeholders in Indonesia (Peat IMPACTS-Indonesia).

BACA JUGA:Embusan Angin Segar Bagi Peternak Sapi Perah

Proyek tersebut sudah berjalan sejak 2020, dengan kegiatan lapang di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat.

Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah penelitian tentang pengurangan emisi GRK dari dekomposisi gambut, mengurangi risiko kebakaran melalui tata kelola lanskap gambut yang baik, peningkatan kapasitas pemangku kepentingan dalam pengelolaan lahan gambut.

Kegiatan Peat-IMPACTS yang akan berakhir pada Desember 2024 ini menyimpulkan enam catatan penting dari riset dan peningkatan kapasitas.

Pertama, emisi karbon dioksida menurun seiring naiknya muka air tanah. Risiko kebakaran gambut juga menurun dengan naiknya muka air tanah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan