Hendrya Sylpana

Anwar Berkeley

Dahlan Iskan--

Ia lahir di Hong Kong. Ibunya orang Korea. Sejak umur 10 tahun sudah tinggal di San Francisco.

Kami pun ngobrol dalam bahasa Inggris dengan asyiknya. Ia duduk di kursi dekat lab 3-D printer yang lagi bekerja.

Seorang mahasiswa dari Thailand sedang ujian master di lab itu. Ia mengamati mesin cetak tiga dimensi itu sambil mengutak-atiknya.

Ini kali pertama saya melihat mesin cetak 3-D. Skala lab.

Di situ juga ada fasilitas lab terowongan udara. Tes-tes  tekanan udara dilakukan di situ.

Prof Djodji Anwar ternyata adik kelas menteri riset dan pendidikan tinggi yang sekarang ini: Prof Dr Satryo Soemantri Brodjonegoro. Yakni ketika Prof Satryo juga kuliah di UC Berkeley.

"Masih sering kontak beliau?"

"Masih. Meski beda kelas saya dulu sepermainan dengan beliau".

"Anda punya berapa mahasiswa dari Indonesia?"

Prof Djodji Anwar menunduk. Wajahnya berubah. Terlihat sedih. Beberapa saat tidak berkata-kata.

"Zero," katanya lirih. "Saya ingin sekali mendidik mahasiswa asal Indonesia," tambahnya.

Ia pun emosional. "Kenapa ya tidak ada mahasiswa Indonesia di sini. Kenapa Indonesia tidak punya pengolahan bahan baku besi-baja," katanya. "Di sini mahasiswa saja bisa bikin besi. Kok Indonesia tidak bisa," tambahnya.

Djodji Anwar ternyata anak wartawan. Ayahnya, Anwar Rawi, adalah wartawan kantor berita Antara. Ditempatkan di Hong Kong. Yakni saat Adam Malik masih jadi pimpinan Antara pusat.

Di Hong Kong sang ayah bertemu gadis Korea yang pintar. Sang gadis bisa tujuh  bahasa: Korea, Inggris, Belanda, Kanton, Mandarin, Jepang, dan Prancis. Juga bahasa Indonesia.

Mereka pun kawin antar bangsa. Punya dua anak, yang bungsu diberi nama Djodji Anwar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan