Melihat Transisi Energi di China Bagian Timur

Tangki gas alam cair milik CNOOC Yancheng "Green Energy Port" di Yancheng Binhai Port Industrial Park, Distrik Yancheng, Provinsi Jiangsu, China pada 27 Agustus 2024. ANTARA/Desca Lidya Natalia--

Pada 2015, mantan jurnalis stasiun TV nasional China (CCTV), Chai Jing, membuat film dokumenter soal buruknya polusi udara di Tiongkok yang berhasil meraih perhatian lebih dari 100 juta penonton dalam 48 jam pertama.

Film berdurasi 103 menit berjudul "Under the Dome" tayang pada 28 Februari 2015 dengan menampilkan Chai Jing berdiri di depan penonton sebagai narator yang berbicara lugas bergaya jurnalis investigasi sekaligus seorang ibu untuk menyuguhkan video wawancara yang berpadu riset ilmiah bidang kesehatan, manufaktur, dan ekonomi soal tarik-menarik kepentingan pembangunan versus lingkungan.

Film tersebut dimulai pada 2013, saat Chai Jing mengandung putri pertamanya namun dokter mengatakan putrinya memiliki tumor lunak sehingga harus segera dioperasi begitu dilahirkan.

Chai Jing menduga tumor itu terjadi karena polusi udara di Beijing dan ia pun tidak ingin putrinya tumbuh di tengah kepungan kabut asap dari pabrik, kendaraan, maupun pembangkit listrik tenaga batu bara.

BACA JUGA:RI Menuju Nol Persen Kemiskinan Ekstrem

Tak hanya menyoroti dampak polusi udara di Beijing, film itu juga memperlihatkan dampak bagi seorang gadis kecil usia 6 tahun di Provinsi Shaanxi yang seumur hidupnya belum pernah melihat bintang di langit karena langit di dekat rumahnya tertutup kabut polusi.

Dampaknya, film tersebut menjadi pembahasan di platform media sosial China selama 3 hari berturut-turut dan menggerakkan dunia usaha untuk melakukan perubahan bisnis yang mencemari lingkungan --meski ada kecurigaan bahwa film tersebut juga "direstui" pemerintah karena tampak berbiaya mahal dan diluncurkan menjelang sidang parlemen China untuk mengesahkan undang-undang lingkungan baru pada Maret 2015

China memang menjadi penyumbang emisi karbon terbesar sejak 2006 yaitu 6,5 miliar ton per tahun sejak gencarnya industri manufaktur dan derap perdagangan China pada masa itu dengan rata-rata peningkatan laju emisi setiap tahun pada 2002--2007 dapat mencapai 13 persen.

Namun sejak 2016, dalam kebijakan internasional Nationally Determined Contributions (NDC) yang beberapa kali diperbaharui hingga terakhir pada 28 Oktober 2021, China menargetkan emisi karbon akan terus berkurang sebesar 60--65 persen hingga target pada 2030.

BACA JUGA:Menelusuri Labirin Gaya Belajar Anak: Catatan Perjalanan Program AFS Tahun 2024

Dalam NDC tersebut China juga menyebut akan mencapai puncak emisi pada 2025. Lalu, secara bertahap akan mengurangi pemakaian batu bara mulai 2026 dan pada 2030 bertekad meningkatkan kapasitas listrik bersih dari tenaga surya dan angin menjadi 1,2 miliar kilowatt (kw) dengan target akhir adalah dekarbonisasi pada 2060.

Buku transisi energi

Pada 31 Juli 2024, Badan Energi Nasional China mengumumkan China telah mengeluarkan buku putih transisi energi yang berisi konsep dan peta jalan transisi energi di China. Wakil Direktur Badan Energi Nasional China Wan Jinsong mengatakan buku tersebut punya lima inti pembahasan.

Pertama, mendorong perkembangan energi bersih di jalur cepat. Pada akhir Juli 2024, kapasitas terpasang pembangkit listrik non-fosil sudah mencapai lebih dari 1,68 miliar kw atau sekitar 58,2 persen total kapasitas pembangkit listrik di seluruh China.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan