Lelaki Tampon
Dahlan Iskan--
Masa bulan madu itu bisa pendek, bisa panjang. Sependek-pendeknya tetap baik bagi Kamala: Pilpresnya tidak lama lagi. Pilpres itu rasanya masih di masa ketika bulan madu belum berakhir.
BACA JUGA:Pikul Lumpia
Apalagi bulan madu itu seperti dapat tambahan siraman madu Sumbawa. Cawapres yang digandeng Kamala, menambah simpati pada pasangan ini. Kamala memilih Timothy James Walz sebagai cawapres. Ia gubernur Minnesota dua periode. Umur 60 tahun. Dari keluarga guru. Juga dari pedesaan pertanian.
Guru, petani, militer suka pada Walz. Walz adalah ketua veteran. Lihatlah pidatonya. Sangat menggiurkan.
Walz sekaligus mengecoh Trump. Ketika Trump memilih JD Vance sebagai cawapres sebenarnya orang ini dipilih untuk menghantam kelemaham Biden yang sudah renta. Sekaligus menutup kelemahan diri Trump sendiri. Vance berumur 40 tahun.
Ternyata yang dihadapi Trump adalah Kamala. Yang baru berumur 59 tahun. Maka Vance seperti tidak relevan lagi.
Vance pun harus cari kelemahan Walz. Ditemukan. Walz pun diberi gelar yang dianggap memalukan: ''Lelaki Tampon''.
Berhasil?
Tidak.
Julukan ''lelaki tampon'' ini akhirnya justru berbalik arah: wanita bertambah lagi simpati pada Kamala-Walz. Di balik julukan ''Lelaki Tampon'' itu memang ada cerita yang menarik.
Saat Walz menjadi gubernur periode pertama ia mengajukan Perda tentang tampon. Meski ditentang fraksi Republik, Perda Tampon itu berhasil disahkan DPRD Minnesota.
Isinya: di toilet sekolah-sekolah menengah di seluruh Minnesota harus disediakan tampon untuk murid wanita.
Untuk usia remaja seperti itu datang bulan memang sering tak disangka. Siswa kadang malu tiba-tiba datang bulan. Sampai bercak merah terlihat di rok mereka.
BACA JUGA:Pikul Agama
Sejak ada Perda itu di toilet sekolah wajib disediakan tampon.