Pergerakan Sesar Cimandiri Isyaratkan Pentingnya Mitigasi Bencana
Siswa mengikuti simulasi bencana gempa bumi di Palang Merah Indonesia, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (6/2/2024). Kegiatan tersebut digelar sebagai sarana edukasi dan pengenalan tentang penanganan bencana sejak usia dini. ANTARA FOTO/Henry Purba/agr/nym.--
Metode penyelidikan Sesar Cimandiri
BACA JUGA:Memeriahkan Semangat Stepa di World Nomad Games
Beberapa metode dan hasil yang telah dicapai dalam penyelidikan yang dilakukan oleh Badan Geologi tersebut yakni pengamatan data citra satelit yang memberikan gambaran pola kelurusan yang berhubungan dengan zona Sesar Cimandiri dan daerah-daerah yang terkena dampak deformasi Sesar Cimandiri.
Dari pengamatan data citra satelit ini telah dikonfirmasi dengan pengecekan data lapangan yang memperlihatkan morfologi ciri khas atau karakteristik sesar aktif Cimandiri.
Kajian geologi struktur di lapangan atau pada batuan yang terdampak deformasi sepanjang Sesar Cimandiri memperlihatkan kinematika struktur geologi sesar yang memberikan gambaran cabang atau orde dari Sesar Cimandiri yang berhubungan dengan kejadian-kejadian longsor di sepanjang zona Sesar Cimandiri.
Beberapa penemuan baru hasil penyelidikan Pusat Survei Geologi memberikan gambaran bahwa Sesar Cimandiri tidak murni jenis sesar mendatar tetapi ditemukan beberapa jenis sesar naik dan sesar turun. Temuan jenis sesar ini sangat penting untuk mitigasi bencana gempa bumi.
BACA JUGA:Transisi Energi Berkeadilan dalam Perspektif Spiritualitas Keagamaan
Hasil penyelidikan juga menemukan beberapa segmen atau jenis sesar aktif baru salah satunya Sesar Cimandiri segmen Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi, yang melintang daerah Panglengseran, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, kemudian mengarah ke wilayah Kota Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Lembursitu hingga Kecamatan Baros.
Selain itu, Sesar Cimandiri segmen Lembursitu ini berhubungan dengan segmen Gandasoli, yang pergerakannya menyebabkan gempa bumi bersifat merusak, seperti yang terjadi pada 10 Februari 1982 dan yang terbaru gempa bumi yang berpusat di Cianjur pada 21 November 2022.
Bahkan Penyelidik Bumi Ahli Madya Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI Sukahar Eka Adi Saputra mewanti-wanti masyarakat khususnya Pemerintah Kota dan Kabupaten Sukabumi untuk meningkatkan sistem mitigasi bencana karena keberadaan Sesar Cimandiri diisyaratkan sebagai "bom waktu" yang pergerakannya aktif sehingga bisa memicu terjadinya bencana gempa bumi yang bersifat merusak.
Mitigasi bencana
Oleh karena itu, mau tidak mau warga yang tinggal dalam kawasan Sesar Cimandiri harus mengenal patahan Bumi ini. Untuk mengetahui sejarah hingga dampak yang timbulkan jika sesar ini bergerak bisa ditemukan di internet.
BACA JUGA:Cara Mengatasi Demoralisasi di Tengah Gempuran AI: Peran Pendidikan dan Literasi
Keberadaan Sesar Cimandiri pun terbukti dari data kejadian bencana di Kabupaten Sukabumi yang setiap bulan selalu didominasi oleh bencana tanah longsor, seperti data dari BPBD Kabupaten Sukabumi pada Juni 2024 terjadi 61 kejadian bencana di mana dari jumlah tersebut longsor mendominasi, yakni sebanyak 28 kejadian di susul oleh banjir 21 kejadian.
Sama halnya pada April lalu, dari 155 kejadian bencana, 63 kejadian merupakan tanah longsor, sementara pada Mei, dari 35 kejadian bencana, 22 kejadian di antaranya tanah longsor.