Kisah Inspiratif Suharyadi: Mengubah Sampah Jadi Berkah

Ketua KSM Buvu Bionga Kelurahan Petobo Suharyadi--(ANTARA/Moh Ridwan)

Lingkungan yang bersih dan terjaga adalah tempat tinggal yang sehat bagi semua makhluk hidup. Oleh karena itu, merawat dan menjaga kebersihan lingkungan menjadi tanggung jawab bersama agar memberikan manfaat yang berkelanjutan.

Sebaliknya, jika masyarakat mengabaikan kondisi lingkungan, dampak negatifnya bisa sangat merugikan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik berpotensi menjadi masalah besar di masa depan.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu, sekitar 70 persen sampah yang masuk ke TPA Kawatuna merupakan sampah organik, sedangkan 30 persen sisanya adalah sampah anorganik. Yang mengkhawatirkan, sebagian besar sampah organik tersebut berasal dari sisa makanan yang sebenarnya masih layak konsumsi namun terbuang begitu saja.

Jika kondisi ini terus dibiarkan tanpa solusi pengelolaan yang tepat, maka usia TPA akan semakin pendek. Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah menetapkan bahwa tidak akan ada lagi pembangunan TPA baru setelah tahun 2030.

Melihat kondisi tersebut, Suharyadi menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi permasalahan sampah adalah dengan memperkuat pengelolaan dari tingkat rumah tangga, terutama melalui TPS3R. Oleh karena itu, ia terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan.

BACA JUGA:Tegas! Bupati Beltim Terapkan Sanksi Pidana bagi Pembuang Sampah Sembarangan

Pria kelahiran Tuban, Jawa Timur, tahun 1962 ini telah mendedikasikan dirinya untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan memanfaatkan teknologi pengolahan sampah. Upaya yang dilakukan bersama timnya di TPS3R turut berkontribusi dalam meraih penghargaan Adipura pertama bagi Kota Palu pada 5 Maret 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Sebagai garda terdepan dalam pengelolaan lingkungan, TPS3R memiliki peran besar dalam penilaian Adipura. Meski menghadapi keterbatasan sumber daya, Suharyadi tidak pernah menyerah. Ia terus bersemangat mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah demi lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Tantangan dalam Mengelola Sampah

Mengelola sampah bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan tekad kuat dan kerja keras, terutama dalam mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya kebersihan. Tantangan lain yang dihadapi adalah pembiayaan operasional TPS3R yang harus tetap berjalan.

Suharyadi mengungkapkan bahwa seluruh anggota tim yang terlibat dalam pengelolaan TPS3R adalah korban likuefaksi, yang juga berjuang secara ekonomi untuk mencari nafkah. Saat ini, delapan petugas yang setiap hari bekerja mengolah sampah menerima insentif sekitar Rp300 ribu per bulan. Mereka terdiri dari empat tenaga pemilah, tiga operator armada kebersihan, dan satu operator quick tractor.

Sejak dipercaya oleh Pemerintah Kelurahan Petobo untuk mengelola TPS3R pada tahun 2017, Suharyadi terus berupaya mendapatkan dukungan, termasuk bantuan alat operasional dari program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) yang disalurkan melalui pemerintah kelurahan.

Sebelum mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Palu, Suharyadi membiayai insentif anggota timnya secara mandiri sejak 2022. Setelah TPS3R KSM Buvu Bionga terbukti mampu berkontribusi dalam pengelolaan sampah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Palu mulai memberikan dukungan dengan insentif sebesar Rp300 ribu per orang per bulan.

BACA JUGA:Anggota DPRD Beltim Penuhi Janji Reses, Heru Indratno Bersihkan Sampah di Dusun Canggu

Meski demikian, mengubah pola pikir masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah masih menjadi tantangan besar. Sosialisasi dan edukasi terus dilakukan untuk membuka wawasan warga Kelurahan Petobo, yang berpenduduk 11.882 jiwa, mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Suharyadi menekankan bahwa kesadaran ini tidak bisa dibangun sendiri, tetapi memerlukan kolaborasi lintas sektor agar lebih efektif.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan