Mengenal Trading Halt dan Dampaknya di Pasar Saham

Ilustrasi: Seorang pria memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/2/2025). Pada penutupan perdagangan akhir pekan IHSG ditutup pada level 6.803 atau naik 0,22 persen--(ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa/pri)

Trading Halt sebagai Instrumen Penting

Dalam kondisi pasar yang bergejolak, trading halt menjadi instrumen krusial untuk mencegah kejatuhan lebih dalam dan memberikan waktu bagi pasar untuk stabil.

Penghentian sementara perdagangan memberi kesempatan bagi investor untuk mengevaluasi kembali strategi mereka, sekaligus memungkinkan otoritas pasar dan pemerintah merespons situasi dengan lebih baik.

Meskipun tekanan besar terjadi, investor sebaiknya tidak terburu-buru panik. Sejarah menunjukkan bahwa pasar modal telah menghadapi banyak guncangan serupa dan selalu mampu pulih dalam jangka panjang.

BACA JUGA:Realisasi Penyaluran KUR Capai Rp44,73 Triliun Hingga Pertengahan Maret 2025

Krisis finansial 1998, krisis subprime mortgage 2008, dan trading halt akibat pandemi COVID-19 pada 2020 menjadi bukti bahwa pasar mampu bangkit setelah melewati masa-masa sulit.

Dalam jangka pendek, pemerintah dan otoritas keuangan perlu memperkuat komunikasi serta memberikan kejelasan mengenai kebijakan ekonomi yang diterapkan.

Kepercayaan investor harus dipulihkan dengan menunjukkan komitmen terhadap stabilitas ekonomi serta transparansi dalam kebijakan fiskal dan moneter.

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan juga harus memastikan likuiditas pasar tetap terjaga agar tekanan jual yang berlebihan dapat diredam.

Bagi investor, kondisi seperti ini justru bisa menjadi peluang untuk masuk ke saham-saham berkualitas yang sedang berada di level harga lebih rendah.

Investor jangka panjang sering memanfaatkan situasi seperti ini untuk mengakumulasi aset, terutama dengan mempertimbangkan fundamental perusahaan yang tetap solid.

BACA JUGA:Pencairan THR PNS dan Pensiunan Capai Rp20,86 Triliun, Ini Rinciannya

Pasar saham bergerak dalam siklus, dan penurunan tajam sering kali menjadi titik awal bagi fase pemulihan yang lebih kuat.

Ke depannya, stabilitas pasar sangat bergantung pada langkah yang diambil pemerintah dan regulator dalam menangani kondisi ini.

Jika kebijakan yang lebih kredibel dan pro-investor dapat diterapkan, pemulihan pasar bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan