HPN 2025: Media Instan vs Fakta Jadi Tantangan Pers di Era Digital

Ajakan menyukseskan Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 yang diselenggarakan PWI Provinsi Riau sebagai tuan rumah pada 6-9 Februari 2025--(ANTARA/HO)

Namun, meskipun media massa secara bisnis terdampak, keunggulan mereka dalam hal akurasi, etika, dan dokumentasi tetap tidak tergantikan. Pergeseran ini mungkin membuat media cetak dan konvensional secara fisik semakin terpinggirkan, tetapi dari segi kualitas konten, media berbasis fakta masih memiliki keunggulan.

Kuncinya adalah bagaimana media tradisional dapat beradaptasi dengan era digital melalui konvergensi media. Dengan mengelola konten berbasis fakta secara digital dan mengoptimalkan kehadiran di media sosial, media massa tidak hanya bisa bertahan tetapi juga berpotensi menang dalam persaingan informasi, terutama jika dibarengi dengan inovasi dan kreativitas.

Secara teknis, media harus beradaptasi dengan era digital dengan menjadi platform yang mudah diakses melalui perangkat seluler. Selain itu, distribusi konten perlu diperluas melalui media sosial seperti YouTube, tanpa mengabaikan prinsip jurnalistik yang tetap menjadi keunggulan utama dalam penyajian informasi.

Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat yang sebelumnya hanya mengandalkan media sosial mulai mencari informasi yang lebih akurat. Hal ini membuka peluang bagi media daring berbasis fakta untuk berkembang, meskipun masih menghadapi tantangan bisnis.

Dari sisi bisnis, mayoritas pengguna internet cenderung menginginkan akses gratis dan menghindari iklan. Selain itu, media daring harus bersaing dengan sekitar 1.500 media terverifikasi serta 15.500 lainnya yang belum terverifikasi. Ditambah lagi, sumber pendapatan utama kini banyak bergantung pada alokasi APBN/APBD dan algoritma Google, yang berpotensi mempengaruhi independensi media.

Meski demikian, berbagai tantangan ini seharusnya menjadi dorongan bagi industri pers untuk terus berbenah. Dengan meningkatkan kualitas, menekan praktik plagiasi, serta menangkal hoaks, media dapat tetap relevan dan menjadi sumber informasi terpercaya di era digital.

Tantangan yang ada justru bisa menjadi peluang untuk memperkuat literasi digital di kalangan masyarakat, pemerintah, serta para pemegang kendali platform digital seperti Google, yang kini mulai berbenah dalam meningkatkan kualitas informasi dan menangkal hoaks.

BACA JUGA:HPN 2025, Prabowo Ajak Insan Pers Jaga Independensi dan Utamakan Kepentingan Bangsa

Literasi digital menjadi tantangan utama di era ini, mengingat mayoritas pengguna dunia digital masih berasal dari generasi non-digital. Namun, kondisi ini juga membuka kesempatan untuk mengedukasi publik mengenai pentingnya akurasi dan fakta melalui berbagai inisiatif, seperti rubrik "Cek Fakta" atau kajian seputar "Kesalehan Digital."

Selain itu, tantangan lain datang dari algoritma Google yang mengendalikan narasi global. Dalam hal ini, diperlukan kerja sama untuk menciptakan model bisnis yang lebih adil melalui konsep publisher rights. Di sisi lain, pemerintah juga perlu berperan lebih aktif dalam mengatur keberadaan "media instan," bukan sekadar menunggu laporan pelanggaran, tetapi juga menerapkan regulasi yang lebih jelas untuk menjaga kualitas informasi di era digital.

Penutup

Era digital membawa berbagai tantangan bagi dunia pers, tetapi juga membuka peluang besar untuk memperkuat literasi digital dan meningkatkan kualitas jurnalisme berbasis fakta. Di tengah derasnya arus informasi instan, media harus tetap mengedepankan akurasi, etika, dan dokumentasi sebagai pilar utama penyajian berita.

Konvergensi media menjadi solusi agar jurnalisme tetap relevan di era digital. Dengan mengoptimalkan distribusi konten melalui platform digital dan media sosial, media massa dapat bertahan sekaligus berkembang. Namun, upaya ini harus diimbangi dengan kampanye literasi digital yang lebih luas, agar masyarakat mampu menyaring informasi dengan kritis dan tidak mudah terjebak dalam misinformasi maupun framing yang menyesatkan.

BACA JUGA:HPN Sebagai Momentum Refleksi UU Pers dan Relevansinya Kini

Ke depan, kolaborasi antara media, pemerintah, dan platform digital menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat. Dengan regulasi yang tepat dan model bisnis yang lebih adil, pers dapat tetap menjalankan fungsinya sebagai pilar demokrasi, menyajikan berita yang kredibel, serta menjadi garda terdepan dalam melawan hoaks di era digital saat ini.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan