BACA JUGA:Usai Lontarkan Kata Kasar ke Pedagang Es, Gus Miftah Sukarela Lepas Jabatan Utusan Khusus Presiden
Sahroni juga menambahkan bahwa peristiwa ini menjadi pelajaran penting, tidak hanya bagi Gus Miftah, tetapi juga bagi semua pihak di berbagai lapisan masyarakat.
Ia mengingatkan agar setiap individu, baik pejabat, pengusaha, maupun masyarakat umum, senantiasa menunjukkan sikap saling menghormati tanpa memandang profesi atau latar belakang seseorang.
"Kita adalah saudara sebangsa yang mencari rezeki di tanah yang sama. Tidak sepatutnya kita memandang rendah siapa pun. Sikap saling menghargai adalah kunci persatuan," tegas politisi Partai NasDem tersebut.
Berhenti Hujat Gus Miftah, Serukan Kebijaksanaan
Pengurus Harian Lembaga Dakwah PBNU, Soleh Sofyan, meminta masyarakat untuk berhenti menghujat Gus Miftah terkait keputusannya mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
BACA JUGA:MUI Tekankan Sikap dan Adab Harus Dijaga Agar Tidak Merugikan Citra Ulama, Sentil Gus Miftah?
Soleh Sofyan menilai bahwa terus menghujat dan memberi tekanan pada Gus Miftah hanya akan memperburuk ketegangan yang tidak perlu. Sebagai sesama anak bangsa, apalagi sesama Muslim, seharusnya kita lebih bijak dan tidak terus-terusan melontarkan hujatan dan sarkasme kepada beliau.
"Sebagian dari kita yang protes terhadap ucapan sarkasme, kini malah mengeluarkan kata-kata serupa," ungkap Soleh Sofyan, seperti dilansir dari Antara pada Jumat, 6 Desember 2024.
Soleh Sofyan menilai pengunduran diri Gus Miftah sebagai langkah bijak, terutama setelah insiden yang melibatkan dirinya dengan seorang pedagang es teh. Ia memandang keputusan tersebut sebagai bentuk kedewasaan dan kesadaran yang tinggi.
Menurutnya, mundurnya Gus Miftah adalah langkah yang tepat, apalagi ditambah dengan permintaan maaf yang ia sampaikan kepada pedagang es teh yang sempat menjadi sorotan publik.
"Gus Miftah sudah mendatangi rumah penjual es teh tersebut dan meminta maaf secara langsung sebagai bentuk kesadaran atas kesalahannya," ujar Soleh Sofyan.
Menurut Soleh Sofyan, permintaan maaf yang disampaikan Gus Miftah bukan sekadar formalitas, melainkan mencerminkan kesadaran Gus Miftah untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukannya dan kesiapan untuk menerima konsekuensi dari tindakannya.
“Permintaan maaf beliau menunjukkan kesadaran yang mendalam dan kesiapan untuk memperbaiki kesalahan,” ujarnya.
Soleh Sofyan juga menekankan bahwa sebagai seorang Muslim sejati, tindakan memaafkan adalah langkah yang paling bijak dalam situasi seperti ini.