BELITONGEKSPRES.COM - Para peneliti di Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang berupaya mengatasi masalah stunting di Indonesia dengan mengembangkan produk pangan lokal.
Kepala PRTPP BRIN, Satriyo Krido Wahono, menjelaskan pentingnya pengembangan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan gizi secara berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di masing-masing daerah.
“Pengembangan produk pangan lokal tidak hanya mendukung peningkatan gizi, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih banyak mengonsumsi makanan berbasis komoditas setempat. Hal ini berpotensi meningkatkan nilai tambah serta memberdayakan ekonomi lokal,” ujar Satriyo saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Dengan lebih banyaknya penggunaan pangan lokal, menurutnya, hal ini dapat mengurangi ketergantungan pada pangan impor. PRTPP BRIN telah menciptakan berbagai produk pangan lokal yang berasal dari sumber nabati, hewani, hingga laut. Untuk menangani stunting, makanan yang dikembangkan kaya akan protein, terutama dari sumber hewani.
BACA JUGA:Meutya Hafid Sebut Kekompakan Kunci Berantas Judi Online
BACA JUGA:DPR RI Tengah Mengkaji Rencana Kenaikan PPN 12 Persen yang Dijadwalkan 2025
Lebih jauh, makanan tersebut juga disarankan mengandung mineral penting seperti zat besi (Fe), seng (Zn), dan kalsium (Ca), yang dapat membantu meningkatkan daya serap gizi dalam tubuh.
Salah satu produk inovatif yang telah diciptakan oleh BRIN adalah biskuit Moringa, yang terbuat dari daun kelor dan diperkaya dengan vitamin serta mineral. Selain itu, ada juga Purula, yaitu flake tabur yang berfungsi untuk mencegah anemia, salah satu faktor penyebab stunting.
Dalam lima tahun terakhir, Indonesia berhasil menurunkan angka stunting sebesar 9,63 persen. Pemerintah telah menetapkan enam tujuan untuk mempercepat penurunan stunting, termasuk menurunkan prevalensi stunting dan meningkatkan kualitas kehidupan keluarga. Langkah-langkah tersebut mencakup jaminan pemenuhan gizi, perbaikan pola asuh, peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, serta peningkatan akses air minum dan sanitasi.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat bahwa hingga pertengahan tahun 2024, sebanyak 48,39 persen dari 8,6 juta keluarga berisiko stunting di Indonesia telah mendapatkan pendampingan, menandakan upaya pemerintah dalam mengatasi masalah stunting ini semakin berjalan. (ant)