Salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo adalah makan bergizi gratis pagi dan siang, kepada total 82 juta warga. Mereka adalah anak-anak sekolah, anak-anak di rumah, dan ibu hamil.
Prabowo sendiri sudah lama memikirkan gagasan makan bergizi gratis, bahkan jauh sebelum periode kampanye Pilpres 2024. Tentu sebagian besar publik masih ingat ketika Prabowo merilis tagline “makan siang gratis” dalam kampanye Pilpres beberapa waktu lalu.
Tagline “makan siang gratis” kemudian direvisi menjadi program makan bergizi gratis. Revisi perlu diadakan, dengan mempertimbangkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), bahwa 41 persen siswa di Indonesia lapar saat belajar di sekolah.
Mereka lapar kenapa? Karena orang tuanya tidak mampu untuk menyediakan sarapan pagi. Mereka masuk sekolah dalam keadaan lapar dan perut kosong.
BACA JUGA:Optimalisasi Pemanfaatan Dana Bagi Hasil untuk Kesetaraan Pembangunan
Pemerintahan Prabowo sudah berencana mengalokasikan Rp71 triliun untuk program makan bergizi gratis (MBG) 2025.
Anggaran itu masuk dalam anggaran pendidikan pada APBN 2025 yang dianggarkan Rp722,6 triliun. Rencana awalnya program ini hanya akan diberikan kepada anak sekolah.
Namun seiring dengan persiapannya, program MBG diperluas dengan menyasar anak di rumah dan ibu rumah tangga. Program ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kekurangan gizi anak dan mengatasi tengkes.
Program MBG akan berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas kecerdasan anak-anak Indonesia.
Sesuai narasi optimistis menyongsong Indonesia Emas 2045, salah satunya berkat bonus demografi dan asupan gizi berkualitas.
BACA JUGA:Jalan Tengah, Upaya Damaikan Konflik Dunia
Terdapat tekad kuat dari seluruh komponen bangsa, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju saat mencapai satu abad, yang populer dengan tagline “Visi Indonesia Emas 2045”.
Secara kebetulan hari-hari ini juga sedang ramai pemberitaan pengumuman penerima hadiah Nobel di bidang sains, ekonomi, sastra, dan perdamaian.
Menjadi tantangan bangsa ini, apakah Indonesia setiap tahun hanya sekadar mengagumi nama para pemenang, tanpa pernah meraih penghargaan prestisius tersebut.
Program MBG bisa dibaca sebagai katalis agar kelak ada salah satu anak bangsa yang bisa meraih Nobel, utamanya di bidang sains.