Di Liberia, saat ini tengah berupaya keras mewujudkan swasembada pangan. "Namun kondisi produksinya masih rendah, di mana produksi padinya masih 1,2 ton per hektare," ujar Alexander. Ia berharap Indonesia dapat mengirimkan ahli pangan untuk membantu perkembangan pertanian di negara itu.
Dia ingin Liberia menjadi negara Afrika yang memiliki kemajuan pesat terutama dalam memanfaatkan teknologi mesin untuk pertanian, seperti halnya di Indonesia. "Begitu pula terkait modernisasi pertanian, saya berharap Indonesia berkenan mengirimkan ahlinya untuk pengembangan pertanian modern," kata dia.
Mentan Liberia itu menyerahkan buku agenda Liberians Feed Yourselves 2024-2030 yang ditandatangani Presiden Liberia Joseph Nyuma Boakai, Sr kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
BACA JUGA:Mata Air Keberagaman Budaya dan Identitas Manusia (Catatan Perjalanan Program AFS 2024)
Sementara itu, Menteri Pertanian Indonesia Andi Amran Sulaiman menginstruksikan jajaran Biro Kerja Sama Luar Negeri (KLN) Kementerian Pertanian untuk segera membuat draf nota kesepahaman bagi kedua negara.
Mentan mengatakan bahwa rencana pengembangan cetak sawah yang mulai dirintis tahun ini mencapai kurang lebih tiga juta hektare. Dengan luas pengembangan tersebut, diharapkan dalam tiga tahun Indonesia mampu mewujudkan swasembada dan menjadi lumbung pangan dunia.
Dengan mengambil tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063", Indonesia menjadikan IAF ke-2 2024 sebagai landasan untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika pada masa mendatang.
Forum yang berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP) itu telah menghasilkan sejumlah capaian.
Capaian-capaian tersebut antara lain penandatanganan empat kesepakatan bisnis di sektor industri strategis, sembilan sektor bisnis kesehatan, dan enam sektor bisnis energi baru terbarukan (EBT), dengan angka deliverables atau kerja sama konkret mencapai lebih dari 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp54,4 triliun). (ant)
Oleh Katriana