BELITONGEKSPRES.COM - PHK sebanyak 340 an pekerja tekstil di pabrik Semarang pada Agustus 2024 lalu menambah panjang pekerja yang kehilangan pekerjaan di era kepemimpinan Presiden Jokowi.
Total ada sebanyak 15.114 pekerja tekstil terkena PHK, seperti yang dilaporkan Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Ristandi.
Ristandi mengungkapkan bahwa dirinya telah melakukan diskusi informal dengan pemerintah mengenai pemutusan hubungan kerja atau PHK massal yang terus berlangsung di kalangan pekerja tekstil.
Ia berjanji akan terus melakukan pembicaraan lanjutan sampai pemerintahan baru berganti, 20 Oktober 2024 mendatang.
BACA JUGA:Menteri BUMN Erick Thohir Tegaskan Tidak Ada PHK dalam Merger PT Angkasa Pura I dan II
"Sebagian mengalami PHK karena pabrik tutup, sementara yang lain terkena PHK akibat efisiensi pabrik. Data KSPN masih terus berjalan," ujar Ristandi, dikutip pada Rabu 11 September 2024.
Ia lanjut mengatakan, kondisi ini terus menjadi kekhawatiran karena banyak perusahaan TPT yang memberlakukan kerja 3 hari seminggu.
Hal ini diketahui setelah dilakukan krosscek lapangan. "Sejak awal tahun 2024 ini, sudah ada lebih 15 ribu orang yang terkena PHK," kata Ristandi.
Menurutnya, banyaknya PHK pekerja tekstil terjadi akibat banyaknya barang impor legal maupun ilegal yang menggurita dan mengakar kuat. Ia bahkan ragu jika Satgas Barang Impor Ilegal mampu memberantas masuknya barang ilegal.
BACA JUGA:PHK di Indonesia Capai 40 Ribu Lebih Sejak Awal 2024, Kemenaker Siapkan Langkah Mitigasi
BACA JUGA:Ramai Soal PHK Massal di Industri Tekstil, Bahlil Ungkap Penyebabnya
Pada tahun 2024 saja, ada 6 pabrik di Jawa Tengah tutup dan mem-PHK sebanyak 13.000 pekerja dan 1 pabrik di Jawa Barat dengan PHK 700 lebih pekerja.
Selain itu, terdapat 6 pabrik di Jawa Tengah yang melakukan efisiensi dengan imbas PHK sebanyak 1.400 pekerja dan 2 pabrik di Jawa Barat dengan PHK 714 pekerja.