Hassani Mahna, juru bicara Pemerintah Kota Gaza, menyoroti risiko penyebaran penyakit akibat banjir limbah di jalan-jalan. Dia juga menekankan bahwa kondisi kemanusiaan yang sudah memburuk di Gaza akan semakin parah jika situasi ini terus berlanjut.
Sebelumnya, pasukan Israel yang ditempatkan di Jalur Gaza juga mengalami wabah penyakit pencernaan dan keracunan makanan, demikian dilaporkan oleh media Israel.
Telah terjadi peningkatan yang luar biasa dalam kasus penyakit usus di kalangan pasukan Israel,” demikian laporan dari Yedioth Ahronoth.
Sejak dimulainya serangan Israel di Gaza pada tanggal 7 Oktober, banyak restoran dan perorangan telah menyumbangkan makanan kepada pasukan Israel. Namun, kemungkinan kontaminasi terjadi selama persiapan, transportasi, atau penyimpanan makanan, seperti yang diungkapkan dalam laporan tersebut.
BACA JUGA:Ancaman Serius Kesehatan, WHO Desak Larang Vape di Seluruh Dunia
BACA JUGA:Per 1 Januari 2024, Cukai Rokok Elektrik Mulai Berlaku Efektif
Banyak tentara mengalami gejala keracunan makanan, termasuk diare parah dan demam tinggi.
“Diare telah menyebar di kalangan tentara di selatan, tempat mereka berkumpul, dan kemudian juga di antara tentara yang terlibat dalam pertempuran di Gaza,” ujar Tal Brosh, direktur Unit Penyakit Menular di Rumah Sakit Umum Assuta di Ashdod.
"Penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella telah didiagnosis, dan ini merupakan kondisi serius yang menyebar di kalangan pejuang di Gaza. Penularan bakteri Shigella dapat terjadi melalui kontak langsung antar individu atau melalui konsumsi makanan," tambah Brosh.
"Jika infeksi menyebar di antara 10 tentara dalam suatu kompi infanteri, dan mereka mengalami demam dengan suhu tubuh mencapai 40 derajat Celsius, serta mengalami diare setiap 20 menit, maka kondisi tersebut membuat mereka tidak lagi mampu untuk berperang dan meningkatkan risiko kematian," lanjutnya.
Perang di Jalur Gaza yang terkepung dan miskin telah menelan korban lebih dari 15.000 orang, termasuk setidaknya 8.000 anak-anak.
Pada awal perang, waralaba McDonald's di Israel mengumumkan sumbangan ribuan makanan gratis kepada pasukan Israel, yang memicu kampanye boikot besar di dunia Arab.
Waralaba burger Amerika di Arab Saudi, Oman, Kuwait, Uni Emirat Arab, Yordania, dan Turki secara terpisah mengecam tindakan waralaba Israel dan, dalam banyak kasus, berjanji memberikan bantuan ke Gaza.
Jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat secara drastis karena masih banyak jenazah yang terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Rumah sakit dan pusat kesehatan juga tidak luput dari serangan Israel, menyebabkan kerusakan total pada sistem layanan kesehatan di tengah kehancuran dan pengungsian yang belum pernah terjadi sebelumnya.