Oleh: Baiz Granda Siswa Kelas Sosioliterasi G4 SMAN 1 Manggar
USIA sekolah merupakan masa yang sangat menentukan kualitas seorang dewasa, dengan harapan sehat secara fisik, mental, sosial, dan emosi. Namun, kasus yang sering terjadi di tingkat sekolah dapat memengaruhi kesehatan mental dan psikologis manusia dewasa, yakni bullying.
Secara umum, kita mengetahui perundungan atau bullying ini merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat, yang dilakukan berulang kali terhadap orang yang lebih lemah, baik secara fisik dan mental. Bullying ini dicerminkan sebagai tindakan yang menggunakan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis, sehingga korban menjadi tertekan, trauma yang mendalam, merasa ketakutan dan tidak berdaya.
Mengutip dari umsu.ac.id, bullying dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bullying verbal dan bullying non verbal. Bullying verbal biasanya menggunakan kekerasan yang dilakukan berupa ejekan, makian, cacian, atau fitnah. Bullying non verbal biasanya menggunakan kekerasan seperti pukulan, tamparan hingga tendangan.
Dari website tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat ciri-ciri pelaku bullying, yaitu bersifat agresif, mempunyai gerak-gerik yang sengaja dilakukan secara kasar, seperti melecehkan dan berkata kasar, cenderung emosional, mempunyai sifat yang kurang empati kepada orang lain, memiliki sikap yang ingin berkuasa dan bersikap egois. Untuk ciri-ciri korban bullying sendiri yaitu, bersikap pemalu dan selalu murung, mudah takut, cemas, gelisah, hingga mempunyai rasa tidak percaya diri.
Mengutip dari detik.com, sejak Januari s.d September 2023, tercatat ada 23 kasus bullying di Indonesia, yaitu 50% terjadi di jenjang SMP, 23% di jenjang SD, 13,5% di jenjang SMA, dan 13,5% di jenjang SMK. Tindakan bullying ini dilakukan melalui perilaku yang sering mengejek teman sekelasnya, hingga korban berkeinginan untuk berhenti sekolah, menjauhi hubungan sosial, sering melamun, dan bahkan bunuh diri. Faktor terjadinya bullying ini diantaranya, yaitu ekonomi, agama, gender, perbedaan karakter individu ataupun kelompok. Selain itu ada pula adanya dendam atau iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik, dan meningkatkan popularitas pelaku dalam ruang lingkup teman.
Beberapa dampak bullying bagi korban menurut penulis yang bisa memengaruhi kesehatan mental yaitu, depresi. Seseorang yang menjadi korban bullying sering mengalami perasaan sedih yang sangat mendalam dan juga mungkin bahkan berpikir untuk mengakhiri hidup.
Selanjutnya, kecemasan. Bullying dapat menyebabkan rasa takut, gelisah dan ketegangan yang berlebihan dan menghasilkan kecemasan yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari korban.
Berikutnya, kesulitan belajar. Seseorang yang mengalami bullying di sekolah dapat mengalami kesulitan konsentrasi belajar dan dapat berdampak negatif pada prestasi akademik mereka yang mengalami bullying. Tidak hanya itu, korban akan sulit membangun hubungan sosial. Korban bullying memiliki kemungkinan merasa sulit untuk membangun hubungan sosial yang baik kepada teman sebayanya dan lingkungan masyarakatnya.
Terakhir, perilaku merusak diri. Bullying dapat memicu perilaku yang dapat merusak diri korban seperti penggunaan obat-obatan terlarang. Hal ini dilakukan karena korban stres, depresi, hingga perasaan putus asa. Akhirnya narkoba bisa menjadi pelarian.
Dengan dampak yang cukup memprihatinkan terhadap korban-korban bullying, maka harus diperlukan pencegahan secepatnya. Cara mengatasi bullying di lingkungan pertemanan, dapat dilakukan melalui memberikan rasa perlindungan yang aman, jangan bertindak kasar, harus selalu mendampingi korban, lakukan komunikasi yang baik, dan berikan edukasi kepada pelaku.
Jika ada seseorang yang merundung, kita harus tetap percaya diri dalam menghadapi tindakan tersebut dengan berani, harus menyimpan bukti bullying agar dapat dilaporkan, dan jangan pernah takut dalam berbicara ataupun melaporkan walaupun diancam oleh pelaku. Selanjutnya, tetap berbaur dengan teman-teman yang membuat kita percaya diri dan harus selalu berpikir positif.
Selain itu, berikut ini adalah beberapa solusi dari penulis mengenai cara dalam mencegah terjadinya bullying yang dapat dilakukan di sekolah. Hal ini bisa dilakukan agar bullying bisa diminimalisir secara bertahap.
Pertama, pihak sekolah dapat memberikan edukasi mengenai bullying seperti edukasi menggunakan poster tentang bullying di lokasi strategis sekolah. Misalnya di depan sekolah, depan kelas, dalam kelas, dsb.
Kedua, seluruh pihak sekolah harus melatih siswa-siswinya agar memiliki rasa simpati dan empati kepada orang lain. Hal ini dilakukan agar dapat mendukung korban bullying supaya bisa melalui masa-masa sulitnya. Misalnya dengan melaksanakan seminar atau workshop perundungan, hingga membuat tim anti perundungan sekolah.