BELITONGEKSPRES.COM - Ustadz Hilmi Firdausi mengungkapkan keprihatinannya terhadap film horor yang menggabungkan elemen-elemen ibadah umat Muslim, khususnya setelah munculnya film terbaru berjudul 'Kiblat' yang sedang mencuri perhatian di media sosial.
Menurutnya, brosur untuk film 'Kiblat' menampilkan gambaran hantu yang cukup menakutkan. Bagi Ustadz Hilmi Firdausi, film horor semacam ini justru tidak memberikan kontribusi positif dalam mendidik masyarakat.
Dia bahkan mendesak agar produksi film horor seperti 'Kiblat' dihentikan. Selain tidak mendidik, menurutnya, film-film semacam ini justru dapat memicu ketakutan yang menghambat seseorang dalam menjalankan ibadah sholat.
Kritik ini disampaikan Ustadz Hilmi Firdausi melalui akun Twitter pribadinya, @Hilmi28, beberapa waktu yang lalu.
BACA JUGA:Pemkab Belitung Keluarkan SE Terkait Pemberian THR, Harus Dibayar Penuh
BACA JUGA:Presiden Tiongkok Xi Jinping Ingin Bertemu Prabowo Untuk Bahas Hubungan Bilateral
"Dengan segala hormat kepada para produser film Indonesia, tolong hentikan pembuatan film horor seperti 'Kiblat' ini," tulis cuit Hilmi Firdausi, ikutip pada Sabtu 23 Maret 2024.
"Film ini sama sekali tidak mendidik, bahkan membuat sebagian orang menjadi takut untuk melaksanakan sholat," cuitnya.
Ustadz Hilmi Firdausi juga menegaskan bahwa seharusnya lebih banyak film dengan tema yang lebih positif seperti 'Agak Laen'.
Menurutnya, film 'Agak Laen' tidak hanya berkualitas, tetapi juga memberikan pesan yang lebih bermakna.
"Kejadian yang sama terjadi pada sekuel film makmum, khanzab, dan lain sebagainya. Mari kita ciptakan film-film dengan elemen religi yang lebih berkualitas, sehingga hasilnya juga menjadi lebih bermakna seperti dalam film 'Agak Laen'," tambahnya.
BACA JUGA:Terima Hasil Pemilu 2024, Partai Golkar Memuji Sikap Sportivitas NasDem
BACA JUGA:Menang Pilpres 2024, Kekayaan Prabowo Tembus 2,042 Triliun, Ini Sumbernya
Sinopsis Film Horor Kiblat
Film "Kiblat" mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang perempuan bernama Ainun yang berusaha mencari jalan yang benar, yang diridhoi oleh Allah. Kisah ini dimulai ketika Ainun tinggal di sebuah kampung dan mengagumi sosok Abah Mulya, seorang pemimpin dari Padepokan sakti di Kampung Bumi Suwung.