BACA JUGA:Membangun Lumbung Padi untuk Petani Berdaulat
Apalagi serat alam juga merupakan bahan baku yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Ramah lingkungan
Indonesia yang merupakan salah satu negara penghasil komoditas serat alam mengekspor rata-rata sebesar 0,841 miliar dolar AS per tahun, sedangkan impor sebesar 2,448 miliar dolar AS per tahun dalam lima tahun terakhir (2014-2018), menurut data International Trade Center (ITC) pada 2019.
Serat alam dari tumbuhan yang dihasilkan di Indonesia adalah kapas, rami, sisal, sabut kelapa, yute, kenap, daun nanas, serat pisang, dan bambu.
Sementara itu, serat hewani yang dihasilkan adalah sutra, wol, dan serat kolagen.
Menurut ITC, ekspor serat alam Indonesia didominasi oleh kapas, yakni sebesar 98,4 persen dari jumlah nilai ekspor serat alam. Demikian juga dengan impor. Nilai impor serat alam Indonesia didominasi oleh kapas sebesar 92,9 persen dari jumlah nilai impor serat alam.
BACA JUGA:Dugder-an: Beragam Untuk Bersatu
Dikutip dari jurnal teknologi industri pertanian yang berjudul “Potensi dan Masa Depan Serat Alam Indonesia sebagai Bahan Baku Aneka Industri” karya Ono Suparno (2019), kebutuhan serat kapas Indonesia sangat besar, yakni 700 ribu ton per tahun, yang sebagian besar dipenuhi dari impor.
Usaha untuk memanfaatkan serat alam selain kapas sebagai bahan baku alternatif untuk tekstil perlu didorong untuk menjaga ketahanan sandang di dalam negeri. Tanaman serat alam yang memiliki peluang untuk dijadikan bahan baku alternatif selain kapas adalah rami (Boehmeria nivea).
Dikutip dari jurnal yang sama karya Suparno (2019), rami merupakan penghasil serat yang memiliki kompatibilitas yang baik dengan jenis serat yang lain, sehingga mudah dicampur dengan jenis serat lain.
Tak hanya mengurangi impor bahan baku kapas, serat alam, seperti rami, juga dapat menjadi alternatif yang ramah lingkungan untuk industri tekstil.
Di tengah meningkatnya kesadaran akan efek karbon, perubahan iklim, dan isu-isu lingkungan terkait limbah tekstil sintetis, serat alam menawarkan solusi berkelanjutan bagi industri tekstil yang selama ini dikenal sebagai salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia.
BACA JUGA:Merenda Asa Membebaskan Anak Dari Pneumonia
Ke depan orang sudah berpikir tentang efek karbon, perubahan iklim, dan isu-isu lingkungan terkait limbah tekstil berbahan sintetis, sehingga kita mesti mencari alternatif karena serat alam ini memiliki nilai berkelanjutan.
Serat alam, seperti rami, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan serat sintetis. Pertama, serat alam rami dapat terurai dan tidak mencemari lingkungan. Kedua, serat alam rami membutuhkan lebih sedikit energi dan air untuk diproduksi, sehingga rendah emisi. Kemudian, rami juga merupakan tanaman yang ramah lingkungan dan tidak mencemari tanah atau air. Ketiga, rami menawarkan kekuatan dan daya tahan yang lebih tinggi.