Kesabaran para sukarelawan juga sudah teruji karena warga yang semula enggan dievakuasi-- setelah banjir makin tinggi -- akhirnya merengek minta segera dievakuasi. Para sukarelawan dari BPBD Kudus itu pun dengan sabar menjemput warga satu per satu di rumahnya. Bahkan, ada yang terpaksa mengungsi di lantai dua, namun tetap minta dievakuasi karena ternyata genangan banjir kian tinggi dan listrik juga padam.
Umar Herutama, sukarelawan yang bertugas mengevakuasi korban banjir di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, juga memiliki cerita unik saat memberikan edukasi kepada warga Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar. Kala banjir belum besar, ia minta warga bersedia dievakuasi, namun mereka bergeming.
Ajakan tersebut didasarkan diprediksi bahwa banjir bakal membesar karena debit air Sungai Wulan saat itu begitu besar, sedangkan tanggul yang jebol dalam waktu dekat tidak mungkin ditangani sehingga potensi jebolan membesar kian besar pula.
BACA JUGA:Menanti Pembangunan Simbol Kemajuan Indonesia Pada 2045
BACA JUGA:Tantangan Pengiriman Logistik Pemilu jadi Penyemangat KPU Papua
Di tengah ancaman air bah besar itu, ia keliling kampung bersama sukarelawan lain sambil menarik perahu karet tanpa mesin. Namun, ketika hendak balik ke posko ternyata banjir membesar dan arusnya pun cukup deras.
Karena perahu karet hanya mengandalkan dayung, akhirnya Heru bersama sukarelawan lainnya harus menunggu dievakuasi oleh volunter lain yang menggunakan perahu karet bermesin.
Seperti halnya cerita Nur Cholis, sikap sebagian warga yang tidak mau diberikan pemahaman tak membuat Heru putus asa. Ia tetap mau menolong warga yang terjebak air bah di rumahnya.
Heru bersama sukarelawan lain tetap semangat membantu mengevakuasi warga yang terjebak di antara genangan banjir yang cukup besar dan arus yang begitu deras.
Derasnya arus air bisa dibuktikan dengan truk tronton yang terjebak di jalan pun tak bisa diselamatkan. Selain deras arusnya, genangan banjir juga makin tinggi sehingga sopir dan kernet harus menyelamatkan diri ke tempat aman.
Pantang menyerah
BACA JUGA:Mewujudkan Penyandang Disabilitas Berdaya Saing Melalui Cafebilitas
BACA JUGA:Langkah hijau SMI pacu pemanfaatan energi Matahari
Sikap sukarelawan pantang menyerah dalam membantu warga yang terdampak bencana alam, memang terbukti. Salah satunya dari sikap mereka yang tetap mengevakuasi warga yang terjebak di tengah banjir.
Bahkan, ada sukarelawan yang cedera kaki, saat proses evakuasi warga tetap semangat terjun ke lokasi banjir tanpa memedulikan rasa sakit di kaki kirinya yang terluka cukup panjang akibat terkena baja ringan pada atap rumah warga.
Nur Cholis sempat menunjukkan luka pada kaki kirinya yang cukup lebar, namun tidak terlalu dalam. Akan tetapi, orang lain yang melihat luka sayatan panjang itu agak merinding karena hanya diobati seadanya.