Insiden yang dialami Nur Cholis terjadi ketika dirinya berupaya melakukan penyisiran ke rumah-rumah yang dimungkinkan warganya belum terevakuasi. Setelah mendapatkan enam warga, perahu karetnya diarahkan ke daratan yang dipusatkan di Jembatan Tanggulangin yang berbatasan antara Demak dengan Kudus.
Saking derasnya arus air karena berasal dari titik tanggul Sungai Wulan yang jebol, perahu karetnya menabrak atap rumah warga yang tidak terlihat karena terutup air.
Untuk menyelamatkan perahunya dari kebocoran, secara refleks kakinya berupaya menendang atap yang dari baja ringan tersebut.
BACA JUGA:Mengintip Peradaban Buddha Abad ke-7 dari KCBN Muaro Jambi
BACA JUGA:Kemeriahan Tahun Baru Imlek 2024 yang Kian Terasa
Akan tetapi nahas, kaki kirinya justru tersayat ujung baja ringan yang tajam tersebut.
Meskipun mengalami luka, dia tidak kapok membantu evakuasi warga. Bahkan, ia siap diterjunkan hingga banjir benar-benar surut.
Banjir yang terjadi di Kecamatan Karanganyar, ternyata mampu menyita perhatian banyak pihak dari berbagai daerah. Sukarelawan yang terjun membantu evakuasi warga itu jumlahnya ribuan, tidak hanya dari Kabupaten Kudus tapi ada yang dari Kabupaten Jepara, Pati, Rembang, Magelang, dan beberapa daerah lainnya.
Selain ada yang bertugas dalam penyelamatan, ada pula sukarelawan yang bertugas di dapur umum untuk menyuplai kebutuhan makan sehari-hari para penyintas yang saat itu terdapat lima tempat pengungsian di Kabupaten Kudus.
Titik pengungsian itu terdapat di Jembatan Tanggulangin, Terminal Induk Jati Kudus, kantor Koramil Jati, Balai Desa Jati Wetan, dan DPRD Kudus.
Peran sukarelawan di dapur umum juga tidak bisa dianggap sebelah mata karena mereka bertanggung jawab menyiapkan makan untuk pengungsi maupun sukarelawan yang bertugas mengevakuasi korban banjir.
Yoga Prasetya Utama merupakan satu dari ratusan sukarelawan yang bertugas di dapur umum di Jembatan Tanggulangin.
Pria muda asal Desa Ketileng, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, itu bertugas membantu memasak maupun menyediakan kebutuhan lain di dapur sejak Kecamatan Karanganyar diterjang banjir pada Kamis (8/2).
Sukarelawan dari PMI Jepara bersama empat rekannya dari Jepara itu bergabung dengan 30-an sukarelawan lain dari berbagai daerah di Jateng sejak Kamis (8/2) malam.
Meskipun dituntut kerja keras untuk membantu menyediakan 3.000 bungkus nasi setiap harinya, dia mengaku bisa enjoy dan tidak ada rasa penyesalan mesku bekerja tanpa ada imbalan sama sekali.
Ia justru merasa bangga bisa membantu meringankan warga yang sedang kesusahan dilanda banjir dan tidak tahu kapan bisa pulang.