Penyerbukan manual diperlukan untuk memastikan produksi buah, mengingat kurma merupakan tanaman berumah dua. Biasanya, perbandingan jantan:betina yang disarankan adalah sekitar 1:10 atau 1:20. Panen kurma di Indonesia umumnya dilakukan pada tahap ruthob (sekitar 150 hari setelah penyerbukan) karena tingkat kelembapan tinggi tidak memungkinkan kurma mengering secara alami di pohon.
Salah satu kisah sukses datang dari Iwan Tarigan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang berhasil membudidayakan kurma di dataran tinggi dengan suhu sejuk sekitar 17°C. Keberhasilannya membantah anggapan bahwa kurma hanya bisa tumbuh di daerah panas dan kering. Dengan teknik perawatan khusus dan pemilihan varietas yang tepat, Iwan Tarigan mampu membuat pohon kurmanya berbuah, membuka peluang baru bagi petani di wilayah beriklim sejuk.
BACA JUGA:'Danantara Effect', Transformasi atau Ilusi Ekonomi Megaholding BUMN
Di Lombok Utara, NTB, Perkebunan “Kurma Datu” menjadi contoh sukses lainnya dengan lebih dari 1.000 pohon kurma yang ditanam di kawasan tersebut. Keunggulan utama dari perkebunan ini adalah varietas Kurma Datu, yang mampu berbuah sepanjang tahun, menjadikannya salah satu perkebunan kurma produktif di Indonesia.
Sementara itu, di Pasuruan, Jawa Timur, Agrowisata Kebun Kurma telah berhasil mengubah lahan kering seluas 3,7 hektare menjadi kebun kurma yang tidak hanya menghasilkan buah tetapi juga menarik wisatawan.
Di Aceh Besar, Perkebunan Kurma Lembah Barbate telah berkembang menjadi salah satu kebun kurma terbesar di Indonesia, dengan luas mencapai 300 hektare sejak 2017. Dengan skala yang besar, perkebunan ini tidak hanya berfokus pada produksi buah, tetapi juga pengembangan bibit unggul untuk mendukung pertumbuhan industri kurma di tanah air.
Keberhasilan berbagai perkebunan kurma di Indonesia menunjukkan bahwa dengan inovasi, adaptasi, dan teknik pertanian yang tepat, tanaman yang sebelumnya dianggap sulit dibudidayakan di Indonesia itu dapat tumbuh subur dan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. (antara)
Oleh Kuntoro Boga Andri, Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementerian