Kurma, Nilai Spiritual dan Potensi Ekonomi

Pedagang kurma musiman menata buah kurma di kawasan Pasar Bina Usaha, Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (1/3/2025)-SYIFA YULINNAS-ANTARA FOTO

"Apabila salah seorang dari kalian berbuka puasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka hendaknya ia berbuka dengan air, karena air itu suci." (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Nabi Muhammad SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi membatalkan puasanya dengan kurma atau air putih. Umat Islam di seluruh dunia pun melanjutkan praktik ini hingga sekarang.

Kajian ilmiah membuktikan bahwa kurma memiliki banyak manfaat kesehatan. Kandungan nutrisinya yang melimpah, seperti karbohidrat, protein, vitamin B kompleks, serta mineral seperti zat besi, kalsium, dan magnesium, menjadikannya sumber energi alami yang sangat baik. Selain itu, kandungan serat yang tinggi dalam kurma membantu melancarkan pencernaan dan menjaga kesehatan usus.

Di Indonesia, negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, konsumsi kurma meningkat drastis pada bulan puasa, meskipun sesungguhnya buah ini tersedia sepanjang tahun.

BACA JUGA:#KaburAjaDulu, Pelarian atau Perlawanan Sosial?

Penjualan kurma dapat meningkat hingga sekitar 50% pada awal bulan Ramadhan dibandingkan hari biasa. Di luar bulan puasa, kurma tetap dikonsumsi meski tidak seintensif saat Ramadhan, umumnya sebagai camilan sehat atau pemanis alami.

Kurma juga lekat dengan tradisi oleh-oleh dari Tanah Suci. Para jamaah haji maupun umrah dari Indonesia hampir selalu membawa pulang kurma sebagai buah tangan sepulangnya dari ibadah tersebut. ​

Tradisi kuliner kurma diperkirakan masuk ke Nusantara sejak ratusan tahun lalu seiring jalur perdagangan Asia–Afrika dan penyebaran Islam. Salah satu sumber menyebut bahwa pedagang dari Mesirlah yang pertama kali membawa kurma ke Indonesia.

Potensi ekonomi menjanjikan

Peluang untuk mengembangkan komoditas kurma (Phoenix dactylifera) di Indonesia semakin mendapat perhatian seiring dengan tingginya permintaan buah kurma. Selama ini, Indonesia mengimpor kurma dalam jumlah besar.

BACA JUGA:Pentingnya Rekening Emas di Bullion Bank

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor sekitar 55,43 ribu ton kurma sepanjang tahun 2024, dengan nilai mencapai  79,74 juta dolar AS (setara Rp1,32 triliun). Tren impor kurma di Indonesia meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan rekor tertinggi pada 2022, saat impor mencapai 61,35 ribu ton dengan nilai  86,25 juta dolar AS (setara Rp1,43 triliun).

Nilai impor kurma pun meningkat signifikan menjelang bulan Ramadhan; misalnya, pada Januari 2025 (menjelang Ramadhan), impor kurma Indonesia mencapai 16,43 ribu ton dengan nilai  20,68 juta dolar AS (setara Rp343,23 miliar).

Data ini menunjukkan bahwa permintaan kurma di Indonesia masih sangat besar, terutama menjelang bulan Ramadan, dengan tren impor yang tetap stabil di kisaran puluhan ribu ton setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan peluang besar untuk mengembangkan budidaya kurma lokal guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Pemasok utama kurma impor Indonesia antara lain Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Arab Saudi. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO) 2022, Indonesia merupakan importir kurma terbesar ketujuh di dunia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan