Kurma, Nilai Spiritual dan Potensi Ekonomi

Senin 03 Mar 2025 - 20:25 WIB
Oleh: Kuntoro Boga Andri

BACA JUGA:Mengatasi Jerat Yolo dengan Strategi Yono

Provinsi Riau, misalnya, memiliki iklim panas yang menyerupai negara asal kurma. Pohon kurma telah ditanam di Pekanbaru sejak 2006, dan menunjukkan pertumbuhan yang baik.

Wilayah lain yang terbukti potensial adalah Lombok Utara (NTB). Tanah berpasir di Lombok Utara, hasil dari erupsi vulkanik Gunung Samalas, mengandung unsur hara mirip dengan tanah Timur Tengah. Kombinasi pola suhu harian yang panas di siang hari dan dingin di malam hari serta curah hujan yang rendah menjadikan wilayah ini ideal untuk budidaya kurma. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan varietas lokal Kurma Datu, yang mampu berbuah lebat sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Namun, tidak semua daerah memiliki kondisi ideal tersebut. Tantangan utama budidaya kurma di Indonesia adalah kelembapan tinggi dan curah hujan yang berbeda dengan habitat aslinya. Kelembapan tinggi dapat menyebabkan buah mudah membusuk jika dibiarkan terlalu lama di pohon.

Oleh karena itu, daerah dengan musim kemarau panjang atau tanah berpasir cenderung lebih cocok. Meski demikian, pengalaman menunjukkan bahwa kurma dapat tumbuh di berbagai kondisi, mulai dari dataran rendah panas hingga dataran tinggi beriklim sejuk, asalkan mendapatkan sinar matahari penuh dan dikelola dengan teknik budidaya yang tepat.

Pemerintah Indonesia telah mulai mendukung pengembangan kurma. Sejak 2006, tanaman kurma telah dimasukkan sebagai salah satu komoditas binaan Ditjen Hortikultura. Hal ini tertuang dalam Permentan No. 151/Kpts/PD.310/9/2006, yang memasukkan kurma sebagai komoditas hortikultura yang dikembangkan pemerintah.

BACA JUGA:Aksi Nyata Pejuang Sampah di Tengah Tradisi Pasar Dandangan

Selain dukungan regulasi, telah muncul asosiasi petani kurma, seperti Perkumpulan Penggiat Kurma Indonesia yang dibentuk sejak 2016 untuk memfasilitasi kerja sama dan pertukaran informasi di kalangan petani kurma.

Harga jual kurma segar hasil budidaya lokal pun cukup tinggi. Sebagai gambaran, kurma segar jenis ruthob (kurma basah matang) di Lombok Utara dihargai sekitar Rp250 ribu hingga Rp360 ribu per kg. Dengan produktivitas yang tepat, potensi pendapatan per pohon bisa besar. Misalnya, satu pohon kurma betina dewasa di iklim tropis dapat menghasilkan 100–300 kg buah per tahun. Jika dijual seharga Rp100 ribu/kg, satu pohon dapat menghasilkan pendapatan Rp 10juta–30 juta per tahun. Bahkan, varietas unggul seperti Barhee yang dijual dengan kemasan premium bisa bernilai lebih tinggi.

Teknologi budidaya di Indonesia

Budidaya kurma di Indonesia berkembang pesat berkat dukungan lembaga penelitian, pemerintah, dan komunitas petani. Lembaga seperti Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Palma (dulu bernama Balit Palma), Kementerian Pertanian, memainkan peran penting dalam pengembangan standar dan teknologi budidaya kurma. Pemerintah daerah, seperti di NTB, juga aktif mendukung perkebunan kurma, melihat potensi ekonominya yang besar.

Sampai tahun 2025, BSIP Tanaman Palma telah mengoleksi tujuh varietas unggul kurma introduksi, yakni Ajwa, Barhee, Medjol, Fard, Khalas, Ghanami, dan Rashis. Evaluasi juga telah dilakukan pada karakter vegetatif tanaman.

Pada kurma varietas Ajwa dan Sukari, diperoleh hasil kedua varietas tersebut memiliki daya kecambah mencapai 97- 98 persen. Rekomendasi pemupukan juga terus dilakukan untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif (pembungaan dan pembuahan) pada lahan kering beriklim basah di Indonesia. BSIP Palma juga terus melakukan pendampingan dan konsultasi pengembangan kurma di beberapa daerah di Indonesia.

BACA JUGA:Ambang Batas Parlemen & Masa Depan Demokrasi RI

Sumber bibit kurma dapat berasal dari biji, anakan (offshoot), atau kultur jaringan. Meskipun bibit dari biji lebih murah, jenis kelamin pohon tidak bisa ditentukan sebelum dewasa. Bibit anakan lebih menjamin hasil yang sama dengan induknya, tetapi jumlahnya terbatas. Sementara itu, teknologi kultur jaringan menghasilkan bibit unggul dengan kepastian varietas dan jenis kelamin, namun harganya masih relatif mahal.

Untuk teknik penanaman, tanah yang gembur dan berpasir lebih disukai kurma. Jarak tanam yang umum digunakan berkisar antara 6×6 m hingga 8×8 meter per pohon untuk memberi ruang optimal bagi pertumbuhan. Beberapa petani juga mencoba menanam kurma dalam pot besar (tabulampot), meskipun produksi optimal tetap diperoleh jika ditanam di lahan terbuka.

Pemeliharaan kurma mencakup pemupukan rutin, pengairan yang disesuaikan dengan musim, serta perlindungan dari hama dan penyakit. Pemupukan NPK secara berkala dan penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan hasil panen. Pengairan diperlukan terutama pada fase awal pertumbuhan, sementara sistem drainase yang baik harus diperhatikan saat musim hujan.

Kategori :