BELITONGEKSPRES.COM - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Bahlil Lahadalia, menekankan pentingnya pengembangan industri LPG domestik untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor Liquefied Petroleum Gas (LPG), yang pada gilirannya akan memperkuat ketahanan energi nasional.
Bahlil menjelaskan bahwa salah satu langkah strategis untuk mengurangi impor LPG adalah dengan membangun industri LPG di dalam negeri, dengan memanfaatkan potensi gas C3 (propane) dan C4 (butana) yang ada di Indonesia.
“Kami berencana untuk membangun industri LPG yang memanfaatkan gas C3 dan C4, dan selanjutnya mendorong gasifikasi untuk jaringan gas rumah tangga,” kata Bahlil di Jakarta, Jumat.
Saat ini, konsumsi LPG Indonesia mencapai sekitar 8 juta ton per tahun, sementara industri domestik hanya mampu memproduksi 1,4 juta ton per tahun. Sebagian besar kebutuhan tersebut, sekitar 6-7 juta ton, harus dipenuhi melalui impor. Bahlil menegaskan bahwa Presiden Republik Indonesia telah memberikan arahan untuk mempercepat pengurangan ketergantungan pada impor LPG ini.
BACA JUGA:Bank Mandiri Perkenalkan Fitur Belanja Cepat Alfamart dalam Aplikasi Livin
BACA JUGA:OJK Tekankan Pentingnya Menjaga Kerahasiaan dan Keamanan Data Pribadi di 2025
Bahlil juga mengungkapkan bahwa Indonesia menghabiskan devisa yang besar untuk impor LPG, sekitar Rp450 triliun setiap tahun, termasuk untuk pembelian minyak dan gas.
Angka ini memengaruhi neraca perdagangan dan cadangan devisa negara, sehingga upaya membangun industri LPG dalam negeri menjadi solusi yang sangat diperlukan untuk mengurangi tekanan pada ekonomi negara.
Selain itu, Bahlil juga menyoroti pentingnya pengembangan jaringan gas rumah tangga sebagai bagian dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan pelayanan energi kepada masyarakat, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada LPG impor dan meningkatkan efisiensi distribusi energi di Indonesia. (ant)