Habitat Makin Terancam, Buaya di Babel Makin Ganas Serang Manusia

Ilustrasi: Penangkaran buaya di Kampung Reklamasi PT Timah Tbk-- (ANTARA/Finlan A Aldan)

BELITONGEKSPRES.COM -  Habitat buaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) semakin terancam karena kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan bijih timah ilegal di hulu dan hilir sungai, serta kerusakan hutan bakau.

Menurut Ketua Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi Langka Sani, saat ini sungai-sungai mengalami pendangkalan dan hutan bakau mengalami kerusakan yang semakin parah. Hal ini mengakibatkan buaya-buaya tersebut semakin terdesak.

"Sungai-sungai yang sebelumnya memiliki kedalaman lima meter kini hanya memiliki kedalaman 5 centimeter saja. Kondisi ini membuat mencari makanan menjadi semakin sulit bagi buaya-buaya ini untuk bertahan hidup," ujar Sani Jumat, 15 Maret 2024.

Sani melaporkan bahwa saat ini ada peningkatan jumlah buaya yang masuk ke pemukiman dan menyerang penduduk yang beraktivitas di sekitar sungai, bekas tambang timah, dan saluran air masyarakat.

BACA JUGA:DPRD Belitung Panggil Dinas dan Pihak Terkait, Tindaklanjuti Pro Kontra Tambak Udang Pulau Seliu

BACA JUGA:1564 Usulan Formasi ASN Beltim 2024 Sudah Disetujui, Tuntaskan Honorer Jadi PPPK

Dalam dua bulan terakhir, telah tercatat beberapa insiden konflik antara buaya dan manusia. Salah satunya adalah serangan buaya terhadap para nelayan yang sedang menangkap ikan di Sungai Payung.

Hanya dua hari setelahnya, terjadi serangan buaya terhadap anak perempuan di Sungai Selan. Serangan buaya juga terjadi di Pantai Toboali dan Sungai Bangka Selatan. Sepekan kemudian, seorang siswa SMP tewas diserang buaya di Sungai Menduk. 

"Kasus serangan buaya yang sangat tragis terjadi di Sungai Selan, di mana ayah korban menyaksikan langsung anaknya diserang dan ditarik ke dalam sungai oleh buaya," ungkap Sani.

Makanya, untuk mengurangi konflik antara buaya dan manusia, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama secara sinergis dan berkolaborasi guna melindungi habitat buaya dari kerusakan yang disebabkan oleh penambangan bijih timah ilegal.

BACA JUGA:Pengacara Ungkap Alasan Bos PT GFI Belitung Tak Hadiri Panggilan Penyidik

BACA JUGA:Konflik Buaya-Manusia di Babel Makin Meningkat, Ada 127 Kasus Dalam 5 tahun

"Saya sangat prihatin dan heran dengan sikap beberapa warga. Mereka sudah menyadari bahwa serangan buaya ini disebabkan oleh kerusakan lingkungan, namun tetap saja melanjutkan kegiatan penambangan di sungai dan hutan-hutan lindung di daerah ini," tandas Sani. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan