Perjuangan Guru di Bondowoso Merayu Siswanya Kembali ke Sekolah

Sejumlah guru SMKN 1 Sumberwringin ketika berkunjung dan menemui siswanya yang lama tidak masuk sekolah di Bondowoso, Jawa Timur, Rabu (24/1/2024)--(Masuki M. Astro)

Akibat luka batin yang mendalam, Desi dan Yulis kesulitan menggali data kondisi jiwa dari Dm. Si murid itu cenderung diam dan murung ketika diajak bicara. Ketika dilakukan konseling si anak merasa nyaman untuk berkomunikasi, barulah terbuka fakta bahwa Dm sering mengalami perasaan marah tanpa sebab, termasuk pernah muncul keinginan bunuh diri.

Akhirnya, kedua guru memberikan perhatian khusus untuk menyelamatkan jiwa Dm. Lewat komunikasi intensif, diperoleh kesimpulan bahwa Dm "dendam" pada si nenek, karena peristiwa pindah sekolah saat dia masih SD. Mendapati anaknya bercerai, si nenek membawa si cucu Dm pindah ke daerah lain di luar Bondowoso, dengan budaya dan bahasa yang berbeda dengan keseharian Dm.

BACA JUGA:Selanjutnya Perang AS-Iran?

Di sekolah baru itu, Dm sering mendapatkan perundungan dari teman-temannya, karena tidak bisa berbahasa daerah setempat. Kala itu, Dm sempat mengungkapkan keinginannya ke nenek untuk kembali bersekolah di Bondowoso, yang akhirnya terwujud.

Mengingat luka batin akibat perundungan itu, pikiran bawah sadar Dm menimpakan semuanya sebagai kesalahan si nenek. Ketika sudah di SMK, luka batin itu mencuat. Karena masih terikat norma bahwa dia harus menghormati nenek yang telah mengasuhnya dari kecil, Dm hanya melampiaskan kemarahan dengan cara mengamuk.

"Alhamdulillah, Dm sekarang sudah mulai mau sekolah lagi, setelah kami beberapa kali menemuinya di rumah. Kasus Dm ini memang memerlukan penanganan ekstra khusus, karena penyebabnya juga sangat khusus. Kami bersyukur, ikhtiar kami sebagai guru membuahkan hasil menyelamatkan anak tersebut," kata Yulis.

Masih terkait komitmen dan kepedulian sekolah kepada para muridnya, guru-guru berstastus pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) terkadang urunan untuk membelikan seragam kepada para siswanya.

Haris Susanto, pengawas sekolah dari Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur wilayah Bondowoso yang ikut dalam kegiatan kunjungan guru SMKN 1 Sumberwringin ke rumah Ai menyatakan, begitulah memang seharusnya para guru dan sekolah memperlakukan siswa.

Sebagai pengawas pembina di SMK Negeri I Sumberwringin Haris merasa terpanggil untuk ikut untuk menyaksikan secara langsung upaya dan perjuangan guru untuk mengembalikan siswa ke sekolah.

Guru dan seluruh insan sekolah harus berjuang keras bagaimana anak didiknya mengikuti pendidikan hingga lulus, mendapatkan ijazah.

"Tapi memang perjuangan guru sekolah di desa, seperti SMKN 1 Sumberwringin ini, luar biasa. Perjuangan mengayomi siswa cukup berat karena rumah siswa yang jauh dari sekolah dan kondisi jalan yang kurang bagus," kata Haris kepada ANTARA.

Sementara itu, Kepala SMKN 1 Sumberwringin, Nur Yakuti, SPd, MPd, merasa sangat bersyukur karena guru-guru dan staf di sekolahnya mempunyai komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap para murid.

Bagi dia, karena situasi dan kondisi, maka kebijakan di sekolah ini mengharuskan fleksibel dan penuh toleransi terhadap keadaan darurat yang dihadapi murid. Anak yang tidak masuk lama tidak bisa langsung diberi "sanksi" tanpa didalami terlebih dahulu masalahnya. Jika siswa tetap berniat bersekolah, gurulah yang harus mengantarkan tugas-tugas sekolah agar siswa tidak ketinggalan pelajaran.

BACA JUGA:Indonesia Emas yang Hijau dan Adil

Instruksi dan pembinaan dari Kacabdin Pendidikan Jatim wilayah Bondowoso juga mengatakan harus mendukung penuh agar siswa mendapatkan hak untuk belajar, hingga naik kelas dan lulus sekolah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan