Djoss Belitung

Tumor Hipofisis Rentan Menyerang Perempuan Usia Produktif, Kenali Tanda dan Gejalanya

Tumor hipofisis menjadi salah satu tumor di kepala yang berbahaya. -PasseportSanté-

BELITONGEKSPRES.COM - Tumor hipofisis adalah salah satu jenis tumor otak yang sering kali luput dari perhatian meski berdampak besar pada kesehatan. Tumor ini tumbuh di kelenjar hipofisis, yang berada di dasar otak dan berperan penting dalam mengatur berbagai hormon tubuh. Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS (K) Onk, MKes, IFAANS, ahli bedah saraf dari RS Siloam Lippo Village, menjelaskan bahwa kelenjar hipofisis memiliki fungsi yang sangat vital karena mengontrol banyak aspek tubuh, seperti pertumbuhan dan metabolisme. 

Meskipun sebagian besar tumor ini bersifat jinak dan tidak menyebar ke bagian lain, tetap dibutuhkan pemahaman mendalam untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.

Prof. Julius menyoroti faktor risiko perkembangan tumor hipofisis yang meliputi usia dan jenis kelamin. Tumor ini lebih sering muncul pada orang dewasa usia 30–50 tahun, dengan prevalensi yang lebih tinggi pada wanita. 

Faktor hormonal, seperti kadar estrogen yang lebih tinggi pada wanita, diyakini memengaruhi kerentanan terhadap tumor ini. “Memahami faktor risiko ini sangat membantu dalam deteksi dini dan memungkinkan penanganan yang lebih efektif,” jelas Prof. Julius.

BACA JUGA:Hindari Makan Jeruk Dipagi Hari Saat Perut Kosong, Bisa Memicu Gangguan Pencernaan

BACA JUGA:Penderita 8 Penyakit Ini Harus Menghindari Konsumsi Buah Anggur

Gejala tumor hipofisis bervariasi, tergantung pada ukuran dan lokasi tumor. Gangguan penglihatan, khususnya kebutaan periferal, menjadi gejala yang umum akibat tekanan pada saraf optik. Sakit kepala yang konsisten juga kerap menjadi tanda awal, disertai perubahan hormonal yang menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme.

Pada wanita, ini bisa muncul sebagai menstruasi tidak teratur, sedangkan pada kasus lainnya, pasien dapat mengalami penambahan berat badan yang tidak normal. 

Selain itu, kelebihan hormon pertumbuhan bisa menyebabkan akromegali, sementara kekurangan hormon lain berdampak pada fungsi tubuh seperti metabolisme dan pertumbuhan.

Prof. Julius menambahkan bahwa tumor hipofisis menyumbang sekitar 10–15% dari semua tumor otak, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita dewasa. Ia juga menekankan bahwa diagnosis tumor hipofisis melibatkan sejumlah tahapan penting, mulai dari tes darah untuk mengevaluasi kadar hormon hingga pencitraan otak dengan MRI atau CT scan untuk mendeteksi ukuran dan keberadaan tumor. 

BACA JUGA:5 Tips Jaga Kesehatan dan Vitalitas Pria untuk Hidup Lebih Sehat

BACA JUGA:Waspada! Ini 10 Makanan Tinggi Garam yang Bisa Picu Stroke

Pemeriksaan penglihatan pun diperlukan untuk menentukan sejauh mana tumor memengaruhi saraf optik.

Pendekatan penanganan tumor hipofisis bisa berupa pembedahan maupun metode non-pembedahan. Jika tumor menimbulkan gejala signifikan atau menunjukkan potensi ganas, operasi pengangkatan biasanya diperlukan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan