Hendrya Sylpana

Menilik Lini Bisnis Sritex Usai Pailit

Buruh berjalan keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 24 Oktober 2024. Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang menyatakan perusahaan tekstil Sritex pailit, hal tersebut tercantum dalam putusan dengan nomor perka--(ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/tom)

Selain itu, di bawah anak perusahaan PT Wisma Utama Binaloka, Sritex Group juga mengoperasikan sejumlah hotel dan restoran yang tersebar di sejumlah kota, termasuk Restoran Diamond, Grand Orchid, dan @Hom, serta satu Hotel Grand Quality di Yogyakarta.

Dua Hotel Holiday Inn Express di Yogyakarta dan Bali, serta ada Holiday Inn, Holiday Inn Express, Horison, dan Solo Mansion.

Sementara itu, menyikapi kondisi Sritex, Presiden Prabowo Subianto telah mengutus empat menterinya, yakni Menteri Perindustrian, Menteri Keuangan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Menteri Tenaga Kerja untuk segera mengkaji beberapa opsi dan skema untuk menyelamatkan Sritex.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan Pemerintah segera mengambil langkah untuk menyelamatkan karyawan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) usai perusahaan tersebut dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang.

Dia menuturkan bahwa prioritas Pemerintah saat ini adalah menyelamatkan karyawan PT Sritex dari pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, Pemerintah segera mengambil langkah-langkah agar operasional perusahaan tetap berjalan.

BACA JUGA:Mengarusutamakan Kesetaraan Gender untuk Ekonomi Berkelanjutan

Opsi dan skema penyelamatan ini akan disampaikan dalam waktu secepatnya setelah empat kementerian selesai merumuskan cara penyelamatan.

Pemerintah memang tidak bisa menutup mata melihat fakta banyaknya belasan ribu tulang punggung keluarga yang mengandalkan hidup dari perusahaan tersebut.

Kebijakan konkret harus diterbitkan untuk memperbaiki kondisi perusahaan sekaligus menyelamatkan nasib para karyawan.

Dari gurita bisnis keluarga Lukminto yang masih berjalan dan mengalirkan uang, hal ini menandakan masih ada sumber keuangan lain yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi perusahaan yang pernah menjadi raksasa tekstil di Asia Tenggara itu. (Antara)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan