Hilangnya Visi Indonesia Emas di Debat Capres
Bambang Kuswandi--
SEBAGAI ajang pesta demokrasi lima tahunan, maka debat capres dan cawapres 2024 merupakan bagian penting dalam perhelatan tersebut. Sayangnya, hingga debat capres dan cawapres putaran ketiga belum muncul secara gamblang wacana Visi Indonesia Emas 2045. Mengingat visi ini telah dicanangkan oleh pemerintah melalui Bapenas yang menargetkan akan menjadi negara maju di usianya yang ke-100 tahun pada 2045 mendatang. Pada tahun tersebut Indonesia akan menikmati masa emasnya dan bersaing dalam berbagai sektor dengan negara-negara maju lainnya di dunia.
Dilihat dari waktunya, Indonesia Emas 2045 praktis tinggal 20 tahun lagi, artinya dalam 4 periode kepresidenan akan tercapai, dan bila presiden terpilih nantinya menjabat dua periode sesuai undang-undang yang berlaku, maka kita hanya memerlukan 2 presiden untuk mewujudkan visi tersebut. Karena itu visi ini menjadi urgent dalam debat capres dan cawapres mengingat presiden dan wakil presiden yang akan memimpin mewujudkan visi tersebut. Sehingga sangat ironis bila wacana Indonesia Emas 2045 tidak mengemuka dalam debat capres dan cawapres 2024.
Di sisi lain debat capres dan cawapres yang sudah berlangsung selama ini masih terkesan hanya sebagai panggung politik untuk menarik simpati pemilih semata. Dan sebatas merayakan pesta demokrasi layaknya industri hiburan di TV. Karena, belum menyentuh Visi Indonesia Emas 2045 dan tema-tema besar dan strategis kebangsaan lainnya. Bahkan terkesan pada politik saling menjatuhkan dan masih jauh dari gagasan explorative tentang bagaimana mewujudkan Indonesia Emas itu.
Empat pilar visi Indonesa Emas 2045
Visi Indonesia Emas merupakan tujuan kolektif bagi bangsa Indonesia yang telah dirumuskan oleh Pemerintah melalui Bapenas. Sebagai sebuah visi maka Indonesia Emas 2024 memiliki 4 pilar utama yang harus lebih diperkaya dan dipertajam dalam debat capres dan cawapres, meski rumusan telah berhasil ditulis (Bappenas, 2019) yaitu: (1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan IPTEK. Pilar pertama ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai upaya meliputi: percepatan pendidikan secara merata, peningkatan peran kebudayaan dalam pembangunan, peningkatan sumbangan IPTEK, peningkatan derajat dan kualitas hidup rakyat, serta reformasi ketenagakerjaan. Sebenarnya tema-tema besar bisa lebih diperkaya dan dipertajam lagi melalui debat capres dan cawapres, sehingga menjadi memunculkan program-program yang implementatif.
BACA JUGA:Kekalahan Propaganda Zionis
BACA JUGA:Etnomusikolog, Komposer, dan Perkusionis
Kedua, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan. Pilar kedua ini mencakup beberapa program yaitu: peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri, percepatan industri dan pariwisata, pembangunan ekonomi maritim, pemantapan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, pemantapan ketahanan energi dan air, serta komitmen terhadap lingkungan hidup. Tentu tema-tema ini adalah tema strategis dan potensi yang sangat besar dan peluang pasar yang terus berkembang secara global, maka Indonesia harus dapat memanfaatkannya secara optimal, terutama dari sisi suplai (ekspor). Instrumen ekonomi syariah, baik industri halal dan industri keuangan syariah merupakan isu-isu strategis dan penting untuk diperdebatkan dan tidak sebatas issue SGIE yang hanya permukaan semata.
Ketiga, Pemerataan Pembangunan. Pilar ketiga adalah percepatan pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan usaha dan pendapatan, pemerataan pembangunan wilayah, serta pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi. Dalam hal ini di samping pendekatan konvensional yang telah dilakukan selama ini, maka pendekatan baru seperti pemanfaatan dana sosial keagamaan dalam mewujudkan kesejahteraan sosial perlu terus juga diskusikan dalam debat capres cawapres, mengingat potensi dana sosial keagamaan sangat besar. Dana ini merupakan bentuk kongkrit solidaritas sosial masyarakat yang mengakar dalam kehidupan masyarakat, dan menjadi modal sosial yang perlu dioptimalkan dalam Pembangunan Nasional. Hal ini mengingat masih tingginya kesenjangan antara potensi dana sosial keagamaan, terutama ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf), yang belum diprioritaskan dalam kebijakan sosial ekonomi negara.
Keempat, Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan. Pilar keempat meliputi beberapa program yaitu demokrasi substantif, reformasi kelembagaan dan birokrasi, penguatan sistem hukum nasional dan antikorupsi, politik luar negeri bebas aktif, serta penguatan ketahanan dan keamanan. Tentu akan menarik bila program-program yang ditawarkan para capres dan cawapre bidang ini inline dengn pilar keempat menuju Indonesia Emas 2045.
Harapan
BACA JUGA:Ironi Pungli di Lembaga Antikorupsi
BACA JUGA:Pilpres, Capres, dan Feodalisme
Kita semua berharap bahwa Visi Indonesia Emas 2024 akan muncul di ajang debat capres dan cawapres yang masih tersisa dua putaran lagi. Tentu kita juga sangat berharap siapa pun Presiden dan Wapres terpilih Visi Indonesia Emas 2024 bisa diwujudkan. Tetapi tentu harapan itu tidak datang begitu saja, karena ditentukan pula oleh Presiden sebagai Pimpinan tertinggi negara dan pemerintahan dalam mewujudakannya. Karenanya rakyat juga turut menentukan siapa Presiden dan Wapres terpilih nantinya.