Indonesia Resmi Jadi Pelopor ASEAN dalam Kesiapan AI Melalui Metodologi UNESCO
Wamenkominfo Nezar Patria bersama Direktur dan Perwakilan UNESCO Jakarta Maki Katsuno-Hayashikawa dalam penyerahan laporan RAM AI Indonesia. (ANTARA/HO-Kementerian Komunikasi dan Informatika)--
BELITONGEKSPRES.COM - Indonesia resmi menjadi pelopor di ASEAN dalam menyelesaikan Penilaian Kesiapan Kecerdasan Artifisial (AI) melalui metodologi yang dikembangkan UNESCO, yaitu Readiness Assessment Methodology (RAM). Langkah ini menempatkan Indonesia di garis depan transformasi digital di Asia Tenggara.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, menegaskan bahwa hasil dari penilaian tersebut tidak hanya membantu Indonesia merancang kebijakan AI yang lebih tepat sasaran, tetapi juga dapat menjadi acuan bagi negara-negara tetangga di ASEAN. Menurut Nezar, Indonesia saat ini berada di titik penting dalam perjalanan transformasi digitalnya. Laporan RAM-AI memberikan gambaran komprehensif mengenai kesiapan negara di berbagai aspek, membuka jalan bagi pengembangan AI yang lebih terarah.
Nezar juga menyoroti bahwa salah satu rekomendasi utama UNESCO dalam laporan tersebut adalah pentingnya pengembangan talenta digital di Indonesia. Meskipun penerapan AI telah berkembang pesat di sektor industri, masih terdapat kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan di kalangan masyarakat, terutama masyarakat sipil. Oleh karena itu, Kementerian Kominfo berkomitmen untuk menindaklanjuti laporan ini sebagai dasar dalam merancang program pengembangan talenta digital di masa depan.
Direktur UNESCO Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa, memuji langkah progresif Indonesia. Ia menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang kuat antara pemerintah pusat, pakar AI nasional, dan komunitas lokal dalam mewujudkan kesiapan AI.
BACA JUGA:PLN Sosialisasikan Konversi Motor BBM ke Listrik untuk Siswa SMK di Makassar
BACA JUGA:Indonesia Butuh Tambahan Pasokan Listrik untuk Dukung Pertumbuhan Ekonomi
Laporan RAM-AI tersebut menyoroti sejumlah tantangan, termasuk dampak sosial dan ekonomi AI di Indonesia. Pergeseran lapangan kerja di wilayah pedesaan menjadi salah satu kekhawatiran utama, sedangkan di perkotaan, isu etika dan tanggung jawab dalam adopsi AI menjadi sorotan. Selain itu, laporan ini mengungkapkan adanya kesenjangan dalam akses informasi yang dapat menimbulkan potensi bias dan diskriminasi, serta menyebutkan bahwa penelitian AI di Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain di kawasan.
Rekomendasi penting dalam laporan tersebut adalah pembentukan regulasi AI yang etis dan sesuai dengan standar global, serta pendirian Badan Nasional Kecerdasan Artifisial untuk mengkoordinasikan upaya lintas sektor. Laporan juga menekankan perlunya pengembangan infrastruktur dan pendidikan AI yang merata, serta pentingnya pelibatan startup dan peneliti di luar Pulau Jawa agar pemanfaatan AI bersifat inklusif dan menyeluruh.
Dengan penilaian kesiapan ini, Indonesia diharapkan mampu memaksimalkan potensi AI untuk mendorong kemajuan ekonomi dan sosial, sekaligus mengatasi tantangan yang muncul dalam era transformasi digital. (ant)