Hendrya Sylpana

Membina Generasi Masa Depan Melalui Transformasi Digital Pendidikan

Seorang delegasi mancanegara sedang melakukan layanan kecantikan, dalam kunjungannya ke SMKN 3 Denpasar, Bali, sebagai bagian dari acara Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024, Selasa (2/10/2024). Program Merdeka Belajar yang diusung Kemendikbudristek--

Bukti nyata

BACA JUGA:Menjaga Wibawa Sarjana Sebagai Penentu Kemajuan Bangsa

Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia di bidang ekosistem pendidikan, dengan 60 juta siswa dan lebih dari empat juta pendidik di lebih dari 400 ribu sekolah. Di tingkat pendidikan tinggi, negara ini memiliki sebanyak 4.356 universitas, lebih dari 32 ribu program studi, lebih dari 9,8 juta mahasiswa, juga 338 ribu dosen, ribuan di antaranya dengan jabatan akademik profesor dan lektor.

Untuk memastikan pendidikan berjalan secara adil dan merata di negara dengan lebih dari 17.000 pulau ini, Kemendikbudristek memiliki berbagai upaya transformasi digital di bidang pendidikan.

Salah satunya melalui platform Merdeka Mengajar, di mana pendekatan penguatan terhadap kapasitas guru dilakukan dalam program ini. Investasi terhadap guru menjadi penting, sebab guru merupakan fondasi terpenting dalam membentuk sumber daya manusia yang tangguh.

Dahulu, pelatihan guru harus melalui antrean yang panjang, tetapi sekarang melalui platform ini, aksesibilitas bukan lagi isu utama, sebab platform tersebut didesain untuk ramah diakses dengan perangkat telepon pintar. Sehingga, para guru bisa mengakses berbagai pelatihan dan materi kapan saja, juga berkomunikasi dan berbagi pengalaman dengan sesama guru tanpa hambatan waktu dan jarak. Hal tersebut turut meningkatkan peningkatan partisipasi pelatihan guru sebesar 7 kali dibandingkan 2019.

BACA JUGA:Menggali Akar Perilaku Manusia (Catatan Perjalanan Program APS 2024)

Di samping itu, Kemendikbudristek juga berinvestasi dalam platform Rapor Pendidikan, yang didesain sebagai alat pengembangan data yang digunakan untuk pengambilan kebijakan, sehingga relevan bagi kepala sekolah atau pemerintah daerah untuk menentukan langkah intervensi yang tepat.

Platform tersebut memaparkan data dalam bentuk statistik dan grafik, di mana sekarang setiap sekolah diberikan klasifikasi tertentu (rendah, baik, atau sedang), lengkap dengan rekomendasi tindakan yang harus diambil, baik oleh satuan pendidikan di sekolah maupun oleh pemerintah daerah.

Untuk memudahkan perencanaan, administrasi, dan belanja sekolah, Kemendikbudristek juga menawarkan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS) dan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (Siplah).

Kedua platform tersebut secara otomatis menghasilkan laporan keuangan yang dapat diunduh dan siap diaudit sehingga para guru tidak perlu pusing lagi dengan pembukuan. Dengan demikian, guru bisa lebih fokus pada tugas utama mereka, yaitu mengajar.

Tak hanya di pendidikan dasar dan menengah, Kemendikbudristek juga menginisiasi transformasi digital di tingkat Pendidikan Tinggi, salah satunya melalui program Kampus Merdeka. Program ini membantu mahasiswa mendapatkan kemampuan (skillset) yang relevan dengan dunia kerja, sehingga para mahasiswa tidak hanya belajar di dalam kampus.

BACA JUGA:PUI UM Terangi Daerah 3T dengan Energi Terbarukan

Hal ini didasari oleh masalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang diperoleh di universitas dan kebutuhan industri. Kampus Merdeka mendorong para mahasiswa agar mendapatkan pengalaman langsung melalui berbagai proyek dan kerja sama dengan industri sebelum mereka lulus.

Selain itu, Kemendikbudristek juga menginisiasi hubungan antara universitas dan industri melalui program Kedaireka dengan konsep matching-funding, yang membantu membangun ekosistem inovasi di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya indeks inovasi global, program ini memperkuat kontribusi Indonesia di arena internasional.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan