Membina Generasi Masa Depan Melalui Transformasi Digital Pendidikan
Seorang delegasi mancanegara sedang melakukan layanan kecantikan, dalam kunjungannya ke SMKN 3 Denpasar, Bali, sebagai bagian dari acara Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024, Selasa (2/10/2024). Program Merdeka Belajar yang diusung Kemendikbudristek--
Sejak awal perkembangan revolusi industri, teknologi telah mendorong perubahan sosial dan ekonomi yang signifikan. Kemajuan teknologi memberikan akses yang lebih cepat dan efisien terhadap informasi, menciptakan cara baru dalam berkomunikasi, bekerja, serta belajar.
Kini, perangkat seperti ponsel pintar, komputer, dan internet menjadi kebutuhan primer bagi banyak orang. Teknologi bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi bagian dari identitas masyarakat modern.
Dalam hal ini, teknologi memungkinkan manusia untuk menyelesaikan berbagai tugas dengan lebih mudah dan produktif. Melalui teknologi, manusia dapat menciptakan solusi yang mengoptimalkan berbagai aspek kehidupan, termasuk di antaranya di bidang pendidikan.
Di berbagai belahan dunia, banyak negara yang mulai mengadopsi kebijakan berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas dan akses pendidikan. Di Indonesia sendiri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan berbagai program yang mendorong penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar.
BACA JUGA:Tak Sekadar Cinta, Melestarikan Batik Juga dengan Membatik
Penerapan teknologi dalam pendidikan bukan hanya sebatas penggunaan alat bantu digital, melainkan mencakup pendekatan holistik terhadap bagaimana siswa belajar.
Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara pernah mengatakan dalam mendidik seseorang, seorang guru harus menjadi layaknya seorang petani yang ingin menumbuhkan tanaman tertentu.
Misalnya, jika seorang petani ingin menumbuhkan tanaman padi, maka seorang petani harus memastikan bahwa padi tersebut dirawat dengan metodologi pertanian padi yang sesuai, bukan tanaman lain seperti jagung, mangga, atau kopi. Sebaliknya, jika seorang petani ingin menumbuhkan jagung, maka tanaman jagung itu pula yang harus dirawat dengan metodologi pertanian jagung, dan bukan metodologi yang lain.
Konsep itulah yang dicoba untuk diejawantahkan oleh Kemendikbudristek dalam transformasi digital pendidikan Indonesia. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menekankan transformasi digital pendidikan Indonesia dilakukan dengan berdasarkan pola pendekatan kebijakan yang berpusat pada pengguna (user-centered design).
BACA JUGA:Hari Kesaktian Pancasila Momen Refleksi Ketahanan Bangsa
Saat ini, pendekatan tersebut dinilai jauh lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan pengambilan kebijakan di tingkat teratas, untuk kemudian disampaikan ke bawah/masyarakat (top-down).
Sebagaimana sebuah produk teknologi, Nadiem juga menekankan produk kebijakan pendidikan harus mengedepankan pendekatan user-centered. Sebab, jika suatu produk/kebijakan tidak dapat menyelesaikan masalah, maka tidak ada lagi yang memercayai dan menggunakan kebijakan tersebut, kecuali dengan memaksakan penggunaannya.
Di samping itu, pendekatan user-centered juga dinilai memberikan manfaat lebih banyak, karena para pengguna yang aktif dalam menggunakan produk kebijakan pendidikan tersebut, juga bisa turut memberikan masukan yang berguna dalam memperbaiki suatu formulasi kebijakan.
Oleh karena itu, berbagai masukan tersebut menjadi proses iteratif, yang bisa membantu dalam mengubah, menyesuaikan, dan menyunting kebijakan tersebut seperti halnya sebuah produk aplikasi atau teknologi.