Hilirisasi UMKM Jadi Kunci Penciptaan Lapangan Kerja Berkualitas di Tengah Deindustrialisasi
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (tengah) memberikan keterangan pers setelah acara Sharing Session Startup Go Global di Jakarta, Selasa (17/9/2024). ANTARA/Shofi Ayudiana/aa.--
BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyoroti peran strategis UMKM dalam mendorong hilirisasi produk sebagai kunci untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas dan mengatasi tantangan deindustrialisasi.
Menurutnya, UMKM harus diberdayakan lebih dari sekadar penghasil produk olahan seperti kripik atau krupuk; mereka memiliki potensi besar untuk menjadi pemasok bahan baku unggulan bagi industri besar, baik domestik maupun internasional.
Teten menekankan bahwa hilirisasi merupakan langkah krusial yang harus diadopsi oleh UMKM saat ini. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan teknologi dari pemerintah sangat dibutuhkan mengingat keterbatasan akses UMKM terhadap teknologi canggih.
“Hilirisasi ini sekarang harus dilakukan UMKM. Pemerintah harus menyediakan teknologinya karena UMKM tidak punya,” ujar Teten saat menghadiri pembukaan acara Cerita Nusantara 2024 di Jakarta, Jumat 27 September.
Ia juga menekankan perlunya perubahan paradigma terhadap UMKM, yang selama ini hanya dilihat sebagai penopang ekonomi keluarga. Teten menggarisbawahi bahwa UMKM seharusnya dianggap sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi nasional dan bagian integral dari proses industrialisasi.
Teten mencontohkan keberhasilan UMKM di Garut, di mana kelompok pengrajin kulit mampu meningkatkan kualitas produk mereka setelah difasilitasi dengan teknologi modern melalui pembangunan Rumah Produksi Bersama (RPB) oleh pemerintah.
Selain itu, ia menyoroti pembangunan fasilitas produksi bersama di Aceh yang ditujukan untuk mengolah nilam—komoditas minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri parfum—dengan teknologi canggih, guna meningkatkan nilai jualnya di pasar global.
Indonesia saat ini merupakan pemasok utama bahan baku parfum dunia dengan kontribusi mencapai 96 persen. Namun, Teten menilai bahwa kualitas ekspor nilam masih bisa ditingkatkan melalui dukungan teknologi yang lebih maju. Pemerintah, oleh karena itu, menginisiasi pembangunan rumah produksi bersama yang dilengkapi dengan peralatan modern untuk mengoptimalkan potensi ini.
BACA JUGA:PGN Komitmen Pasok Gas Bumi Berkelanjutan untuk Sektor Kelistrikan Nasional
BACA JUGA:BI Catat Aliran Modal Asing Keluar Rp 9,73 Triliun
Selain nilam, Teten menambahkan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi tanaman herbal yang tersebar di berbagai wilayah dan dapat diolah menjadi bahan baku untuk industri kosmetik dan farmasi. Dengan pemerataan industri berbasis sumber daya alam di seluruh Indonesia, diharapkan pemerataan pembangunan dapat tercapai.
Teten juga menekankan pentingnya melihat UMKM sebagai penyedia lapangan kerja berkualitas di tengah tantangan investasi yang mungkin tidak selalu datang dari sektor manufaktur.