Ambisi Indonesia Pacu Dekarbonisasi Secara Global
Petugas melakukan perawatan panel surya di PLTS Terapung Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (16/3/2024). Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu mengatakan total keseluruhan potens--
BACA JUGA:Peran Kemenkeu dalam Regional Chief Economist dan Financial Advisor
Ada dua pendekatan yang disuguhkan oleh Indonesia untuk merayu para pemangku kepentingan global supaya mau mengakselerasi penerapan energi terbarukan demi mewujudkan pengurangan emisi karbon hingga 45 persen pada tahun 2030, dan menjadi 0 persen pada tahun 2060.
Pendekatan tersebut yakni dengan menerapkan strategi tersendiri yang sesuai dengan kapabilitas negara masing-masing serta kolaborasi yang mengesampingkan keuntungan ekonomi.
Strategi tersendiri
Mengakselerasi penurunan emisi karbon memang suatu keharusan, namun cara untuk mencapai target karbon bersih pada tahun 2060 tidak harus sama.
Pemerintah Indonesia berpendapat dalam implementasi inisiatif transisi energi, tak ada solusi yang sama persis, mengingat setiap negara memiliki akses teknologi, kapasitas fiskal, dan realitas politik yang berbeda.
BACA JUGA:Menciptakan Pekerjaan Layak untuk Semua
Oleh karena itu, hal ini menjadikan garis awal (start point) penerapan strategi dekarbonisasi, yang tidak mesti mengikuti rekomendasi dari negara-negara maju.
Indonesia berargumen bahwa pemerintahan di tiap negara mesti melihat lebih dalam potensi pengembangan elektrifikasi EBT yang ada di negaranya, dan sudah harus mulai berkomitmen untuk melakukan transisi energi listrik dari penggunaan energi fosil menjadi energi terbarukan.
Potensi pengembangan bauran EBT di Tanah Air mencapai 3.687 gigawatt, potensi ini terdiri atas pengembangan tenaga air (hidro) sebesar 95 gigawatt, tenaga surya 3.294 gigawatt, bioenergi 57 gigawatt, panas bumi (geotermal) 23 gigawatt, energi bayu atau angin 155 gigawatt, serta potensi elektrifikasi dari laut mencapai 63 gigawatt.
Salah satu pendekatan tersendiri yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan dekarbonisasi yakni dengan secara berangsur menaikkan target penggunaan bauran elektrifikasi EBT.
BACA JUGA:Artificial Intelligence dan Tantangan Jurnalistik Masa Kini
Seperti pada tahun 2040 yang menargetkan untuk menggunakan 62 gigawatt listrik melalui Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru.
Cara ini dilakukan karena beban dasar (baseload) emisi per kapita Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju, yakni hanya 2 ton per kapita, sedangkan Amerika Serikat sebesar 14--15 ton per kapita.
Selanjutnya, Pemerintah Indonesia juga tengah aktif memanfaatkan potensi EBT dari sumber panas bumi, dengan mendorong penggunaannya melalui elektrifikasi, serta eksplorasi dengan pengeboran yang disiapkan oleh Pemerintah tanpa bantuan pihak lain (government drilling).