BMKG Prediksi Hujan Berintensitas Tinggi Hingga 11 Februari, Diminta Waspada Banjir

Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati menjelaskan strategi modifikasi cuaca BMKG untuk mengurangi intensitas hujan di beberapa wilayah Jakarta dan Jawa Barat dalam sesi jumpa pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/3/2025)-Livia Kristianti- ANTARA

BELITONGEKSPRES.COM - BMKG memperkirakan bahwa hujan berintensitas tinggi akan terus berlangsung hingga 11 Februari, meskipun intensitasnya diperkirakan akan sedikit berkurang dalam beberapa hari ke depan setelah adanya modifikasi cuaca di beberapa wilayah.

Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, mengingatkan bahwa wilayah-wilayah yang rawan banjir dan longsor harus tetap waspada dan siaga. "Kemarin, curah hujan tertinggi mencapai 232 milimeter dalam 24 jam. Kami prediksi hingga 11 Februari kita masih perlu waspada dan siaga. 

Intensitas hujan mungkin sedikit menurun, tetapi akan meningkat lagi sekitar tanggal 11," ujarnya saat konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.

Ia berharap bahwa upaya modifikasi cuaca yang dilakukan oleh BMKG hingga 8 Februari dapat membantu mengurangi intensitas hujan. "Upaya ini tidak untuk mencegah hujan. Itu tidak mungkin. Insyaallah mengurangi intensitas hujan," tambahnya.

BACA JUGA:Kemensos Salurkan Bantuan Rp3 Miliar untuk Warga Terdampak Banjir Jabodetabek

BACA JUGA:BPJS Kesehatan Pastikan Kepesertaan JKN Korban PHK Sritex Tetap Aktif

Dalam kesempatan yang sama, Dwikorita menyebut beberapa daerah yang perlu waspada dan siaga, termasuk Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, sebagian Palembang, dan beberapa daerah di Bengkulu. "Mohon doanya agar semuanya termitigasi dan tidak ada korban jiwa," kata Dwikorita.

Selama dua hari terakhir, banjir setinggi 1-4 meter merendam permukiman di beberapa daerah di Bekasi, Jakarta, Tangerang, dan Depok, menyebabkan lalu lintas terputus dan beberapa jalan utama terendam air. 

Di Kota Bekasi, banjir merendam delapan kecamatan dari total 12 kecamatan. Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, melaporkan bahwa aktivitas publik di delapan kecamatan tersebut lumpuh total.

Tri menjelaskan bahwa banjir paling parah terjadi di sepanjang aliran Sungai Bekasi, terutama di area pertemuan Kali Cikeas dan Kali Cileungsi, dengan ketinggian air mencapai lebih dari 8 meter, lebih tinggi dibandingkan dengan banjir pada tahun 2016 dan 2020. 

Menurutnya, banjir disebabkan oleh meluapnya air dari tanggul yang dibangun oleh Balai Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BWSCC) dan adanya patahan serta tanggul yang belum selesai dibangun di sepanjang sungai.

"Ketinggian air mencapai lebih dari delapan meter sehingga air melimpas dari tanggul yang sudah dibangun. Di beberapa titik, tanggul belum selesai dibangun sehingga dampaknya sangat besar," kata Wali Kota Bekasi. (antara)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan