Kisah Guru Inovatif SMAN 1 Manggar, Ares Terima Beasiswa Program America Field Service

Sesi penutupan 3 Agustus 2024 - America Field Service (AFS) Global STEM Educators 2024-Ist-

BACA JUGA:Estafet Kepemimpinan OSIS SMAN 1 Manggar, Tio Hendriawan dan Dimas Supriaji Ambil Alih Komando

"Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian program yang berstandar global ini. Ini adalah pencapaian tertinggi saya sebagai guru untuk saat ini," ucap Ares Faujian dalam keterangannya.

Berbagai materi diterima selama 6 pekan dari AFS Intercultural Programs. Pada pekan pertama melaksanakan pembukaan (kick off) dan materikulasi sebelum masuk materi utama.

Pada pekan kedua membahas tentang learning styles, culture & identity, leaving your comfort zone, observe your contex, dan when differences collide.

Kemudian di pekan ketiga membahas tentang empathy & listening, stereotypes & generalizations, suspending judjement, cultural value dimensions, dan communication styles.

BACA JUGA:Cerita Siswi Berprestasi SMAN 1 Manggar, Naura Dapat Beasiswa ke Negeri Paman Sam

Selanjutnya, pekan keempat membahas tentang dealing with conflict, polarized societies, spiritual diversity, understanding inequality, dan microaggressions.

Berlanjut pada pekan kelima, membahas tentang 21st century skills, teaching SDGs, taking action, dan globally competent teaching.

Sedangkan pekan terakhir membahas tentang post program dan diakhiri dengan penutupan pada 3 Agustus 2024 oleh Dylan Peterson (koordinator program), Maxine Cleminson (manajer program outreach and education), Efrem Fisher (chief program officer), serta para fasilitator dan peserta program.

Materi-materi yang diberikan oleh fasilitator dan pada aplikasi Bridge sangat bermanfaat dan bisa diadopsi ataupun diadaptasi pada pembelajaran di sekolah.

BACA JUGA:Prestasi Siswi SMAN 1 Manggar, Anaura Lolos Pertukaran Pelajar ke Amerika Serikat

Ares menyampaikan materi pada program ini memperkuat keberadaan pembelajaran diferensiasi di Indonesia. Materi pada program ini memperkuat pembelajaran berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka di Indonesia.

Misalnya dalam memahami keberagaman siswa. Dia juga perlu mengetahui gaya berkomunikasinya, mengerti tentang ketidaksetaraan, hingga agresi mikro yang kadang tidak sengaja bisa menjadi perundungan di kelas.

Seperti mengganti nama asli siswa dengan nama lain yang tujuannya untuk mempermudah panggilan ataupun dengan panggilan tidak menyenangkan. "Hal ini terbilang receh, namun sesuatu yang besar timbul dari yang kecil," ujarnya.

Karena itu, Ares berharap bisa menyebarkan materi yang saya terima ini melalui tulisan saya di media massa ataupun ketika diundang menjadi narasumber. "Karena sesuatu yang terjadi dalam skala lokal ternyata juga pengaruh pada lingkup global," tutupnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan