Industri Tekstil Indonesia Merosot, Tantangan Dumping dan Biaya Tinggi jadi Penyebab

Industri Tekstil Semakin Merosot, Ekonom Senior INDEF Faisal Basri Ungkap Penyebabnya-Istimewa---

BELITONGEKSPRES.COM - Industri tekstil di Indonesia menghadapi tantangan serius akibat berbagai faktor yang mengancam keberlangsungan operasionalnya. Setelah mengalami gelombang besar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), industri ini semakin terpuruk dengan masuknya barang-barang impor murah dari luar negeri.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri, mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menyebabkan kemunduran sektor tekstil. Salah satunya adalah biaya yang tinggi, yang membuat sulit bagi pelaku industri untuk meningkatkan teknologi mereka.

"Faktor biaya pajak (PPN) dan bunga yang mahal membuat perusahaan tekstil enggan untuk melakukan restrukturasi mesin," jelas Faisal dalam keterangan resmi pada Jumat, 5 Juli.

Selain itu, Faisal menyoroti praktik dumping, dimana barang-barang impor masuk ke Indonesia dengan harga sangat murah, merugikan produksi lokal. Ketidaktertarikan Komite Anti Dumping (KAD) dalam menangani masalah ini juga menjadi sorotan Faisal.

BACA JUGA:Cadangan Devisa RI Sentuh Angka USD 140,2 Miliar pada Juni 2024

BACA JUGA:Honda CRF250 Rally: Pilihan Motor Adventure dengan Harga Terjangkau

"Permasalahan dumping ini sangat mengkhawatirkan. Bayangkan, dengan harga murah, barang impor dapat bersaing dengan produk lokal," ujar Faisal.

Pemerintah Indonesia telah merespons dengan rencana penerapan bea masuk hingga 200 persen untuk barang impor dari China, sebagai langkah untuk melindungi industri dalam negeri. Namun, Faisal menekankan perlunya kebijakan yang tidak diskriminatif terhadap semua negara importir.

"Kebijakan perlindungan harus adil dan berlaku untuk semua negara, tidak hanya China," tegas Faisal, menyoroti pentingnya keadilan dalam perlindungan industri domestik dari dampak impor murah. (dis)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan