Dampak Konflik Iran-Israel, Erick Thohir Ingatkan BUMN Soal Utang Luar Negeri dan Optimalkan Beli Dolar
Menteri BUMN Erick Thohir (PSSI) --
BELITONGEKSPRES.COM, Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan BUMN untuk waspada terhadap dampak dari gejolak ekonomi dan geopolitik global, termasuk situasi memanas antara Iran-Israel yang terjadi pekan lalu.
Erick memberikan contoh bahwa tingkat inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 3,5 persen akan membuat langkah Federal Reserve (the Fed) menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Dampaknya, ini dapat memicu penguatan dolar AS terhadap rupiah dan kemungkinan kenaikan harga minyak mentah dunia.
Saat ini, harga minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) telah mencapai USD 85,7 per barel dan harga minyak mentah Brent mencapai USD 90,5 per barel.
"Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat," ungkap Erick Thohir dalam keterangan resmi, Kamis 28 April.
BACA JUGA:Toyota Hadirkan All-New Yaris Cross, EV Hybrid di Segmen Medium SUV, Simak Spesifikasi dan Harganya
BACA JUGA:Suzuki Jimny 3-Door Mendapat Recall, Penggantian Fuel Pump Seperti di Autralia
Erick juga menjelaskan bahwa kondisi tersebut telah melemahkan nilai tukar rupiah menjadi sekitar Rp 16.000-16.300 per dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Menurutnya, nilai tukar ini bahkan bisa melampaui Rp 16.500 apabila ketegangan geopolitik tidak mereda.
Erick menilai bahwa situasi ekonomi dan geopolitik ini telah dan akan berdampak pada Indonesia melalui arus keluar modal asing (Foreign Outflow) dari investasi, yang akan menyebabkan pelemahan rupiah dan kenaikan imbal hasil obligasi.
Selain itu, biaya impor bahan baku dan pangan juga semakin meningkat karena adanya gangguan dalam rantai pasokan. "Dan akan menggerus neraca perdagangan Indonesia," tambah Erick.
Oleh karena itu, Erick meminta kepada BUMN untuk segera mengambil langkah-langkah cepat dalam meminimalkan dampak global dengan melakukan peninjauan ulang biaya operasional, belanja modal, utang yang akan jatuh tempo, serta rencana aksi korporasi. Selain itu, Erick juga menyarankan untuk melakukan uji stres guna mengkaji kondisi BUMN dalam situasi terkini.
Erick juga meminta kepada BUMN di sektor perbankan untuk menjaga proporsionalitas porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas nilai tukar rupiah, suku bunga, dan harga minyak.
BACA JUGA:Pemerintah Resmi Cabut Aturan Pembatasan Barang Bawaan Pekerja Migran dari Luar Negeri
BACA JUGA:Mitsubishi Triton Terbaru Siap Diperkenalkan di Indonesia pada Agustus 2024
Dalam hal BUMN yang terdampak oleh impor bahan baku serta BUMN dengan utang luar negeri (dalam dolar AS) yang signifikan seperti Pertamina, PLN, BUMN di sektor farmasi, dan MIND ID, Erick menyarankan agar mereka mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat untuk melindungi diri dari fluktuasi nilai tukar.