Baca Koran belitongekspres Online - Belitong Ekspres

Pak Long Hanandjoeddin: Sosok Pemimpin Belitung yang Hidup di Hati Rakyat

Pak Long H.AS Hanandjoeddin mengenakan seragam Bupati Belitung--(Dok: Istimewa)

BELITONGEKSPRES.COM - Tidak banyak pemimpin yang namanya tetap hidup dalam ingatan rakyat puluhan tahun setelah masa jabatan mereka berakhir. Namun di Pulau Belitung, nama H.AS Hanandjoeddin yang akrab dipanggil Pak Long, bukan hanya tercatat dalam buku sejarah, tetapi tertanam kuat dalam hati masyarakat. Ia bukan sekadar tokoh masa lalu, melainkan figur yang dikenang dengan penuh hormat, dirindukan dengan rasa, dan dijadikan cermin bagi generasi hari ini.

Pak Long bukan hanya pemimpin administratif. Ia adalah ayah bagi rakyat, guru yang memberi teladan, serta sahabat yang bisa dipercaya. Kepemimpinan yang ia jalankan tak dibungkus oleh simbol kuasa, melainkan dibangun atas dasar semangat melayani dan mencintai tanah kelahiran. Di tengah krisis keteladanan dan haus akan pemimpin yang otentik, figur seperti Pak Long terasa semakin berharga.

Dari Tanjung Tikar untuk Nusantara

Dikutip dari Wikipedia, Haji Ahmad Sanusi (H.AS) Hanandjoeddin lahir pada 5 Agustus 1910 di Tanjung Tikar, Belitung. Sebagai putra daerah, ia mencintai tanah kelahirannya dengan segenap jiwa. Ia menapaki karier sebagai prajurit TNI Angkatan Udara dengan pangkat Mayor Udara, sebuah jabatan prestisius pada masa itu. Tapi demi membalas cinta kepada negerinya, ia rela meninggalkan kenyamanan hidup sebagai perwira militer dan kembali ke kampung halaman untuk mengabdi.

Keputusan itu bukan perkara mudah. Ia melepaskan karier di institusi militer yang membesarkan namanya demi menjawab panggilan rakyat. Langkah yang hanya diambil oleh sosok keyakinan kuat dan rasa tanggung jawab yang dalam.

Pak Long menjabat sebagai Bupati Belitung periode 1967–1972. Meski hanya lima tahun, pengaruh dan keteladanan yang ia torehkan jauh melampaui masa jabatannya. Ia menulis sejarah dengan tindakan, bukan janji.

Sebagai bentuk penghormatan, namanya kini diabadikan sebagai nama Bandara Internasional di Kabupaten Belitung. Lebih jauh, usulan menjadikan beliau sebagai Pahlawan Nasional terus didorong oleh masyarakat yang merasakan langsung ketulusannya.

BACA JUGA:Dari Bengkel ke Bandara: Perjalanan Epik H.AS. Hanandjoeddin Sang Pahlawan Belitong

Keteladanan yang Tak Pernah Usang

Warisan Pak Long bukan hanya pada pembangunan fisik, tetapi lebih pada nilai-nilai luhur yang ia hidupi dan wariskan. Di tengah gempuran zaman yang serba instan dan pragmatis, karakter-karakter seperti yang dimiliki Hanandjoeddin menjadi sumber inspirasi yang menyegarkan.

Sosoknya, seperti digambarkan dalam buku "Sang Elang: Serangkai Kisah Perjuangan H.AS. Hanandjoeddin di Kancah Revolusi Kemerdekaan RI" karya Andersen tahun 2015.

1. Religius dan Taat Beribadah

Hanandjoeddin dikenal sebagai pribadi yang religius dan taat dalam menjalankan ajaran Islam. Ia rajin menjalankan salat fardu tepat waktu dan aktif menjadi imam di kompleks AURI Talang Betutu Palembang. Selain itu, ia juga sering menjadi khatib salat Jumat dan salat Idulfitri, menunjukkan bahwa pemimpin juga harus menjadi panutan dalam urusan spiritual.

Keberagamaannya bukan sebatas simbol, tetapi menyatu dalam laku hidupnya sehari-hari. Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati memerlukan pondasi iman yang kuat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan