Refleksi Tahun Kelima Kurikulum Merdeka Belajar
Sejumlah siswa mengikuti proses kegiatan belajar di SD Negeri Kenari 07/08 Pagi, Jakarta, Kamis (29/2/2024). . ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/YU (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)--
Sementara itu, dalam pemanfaatan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah versi empat atau ARKAS, 392.709 atau 91,28 persen satuan pendidikan aktif menggunakan ARKAS (Satuan Pendidikan), 100 persen dinas aktif menggunakan MARKAS (Dinas Pendidikan), serta 53,63 triliun potensi anggaran BOS TA 2023 tercatat pada ARKAS.
BACA JUGA:Membangun Lumbung Padi untuk Petani Berdaulat
Terkait dengan Ekosistem Aplikasi Sistem Informasi Pengadaan Sekolah disingkat SIPLah, terdapat 18 mitra pasar daring pada ekosistem SIPLah, 273.647 Satuan Pendidikan telah menggunakan ekosistem SIPLah, Rp13,8 triliun telah dibelanjakan melalui ekosistem SIPLah, 52 ribu penyedia barang/jasa telah terhubung dengan 18 mitra e-commerce SIPLah, serta 5,7 juta Produk tersedia pada SIPLah, baik produk umum maupun UMKM.
Mengenai pembiayaan pendidikan, terdapat 14.891 siswa menerima bantuan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dari tahun 2020 hingga 2023, 18.109.119 siswa mendapat bantuan PIP pada tahun 2023, 916.827 mahasiswa mendapat bantuan KIP Kuliah pada tahun 2023, serta 7.614 mahasiswa mendapat bantuan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).
Dari segi angka-angka rangkaian paket pendidikan era Merdeka Belajar sudah nampak terukur perkembangannya, tetapi sebagai produk kebijakan pendidikan yang bertujuan menghasilkan nilai tambah bagi sumber daya manusia, baik dari aspek ilmu pengetahuan, keterampilan, dan etika, maka parameter kemajuannya juga harus diukur dari perubahan yang dihasilkan oleh anak didik atau peserta didik, setelah menyelesaikan pendidikannya.
Ada beberapa metode mengukur keberhasilan Merdeka Belajar, di antaranya adalah dengan mengumpulkan berbagai studi dan penelitian lapangan tentang implementasi kurikulum itu di berbagai wilayah Indonesia untuk ditarik generalisasi.
Sebagian dari hasil penelitian itu sudah dipublikasi di Jurnal-jurnal ilmiah dan platform media lain. Di antara jurnal yang sudah memublikasi penelitian Merdeka Belajar itu adalah Publiciana VOLUME – NO – HAL 1 – 48 ISSN : 1979 – 0295 | E-ISSN : 2 berjudul "Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dalam Rangka Peningkatan Hasil Belajar di SDN Wonorejo 274 Surabaya", dengan hasil kesimpulan sebagai berikut:
BACA JUGA:Merenda Asa Membebaskan Anak Dari Pneumonia
Pertama, program Merdeka Belajar relatif telah mengubah perilaku para aktor pemangku kepentingan dinamis. Hal ini terutama dapat dilihat dari kinerja kepala sekolah, termasuk wakil kepala sekolah dan guru, namun belum semua siswa, orang tua wali murid sudah bisa beradaptasi dengan kurikulum Merdeka Belajar ini.
Kedua, pelaksanaan sosialisasi program untuk menyampaikan kebijakan kurikulum Merdeka Belajar telah dilakukan secara efektif. Penyampaian informasi tentang kurikulum ini kepada guru dan siswa dengan pendampingan kepala sekolah beserta wakil kepala sekolah telah dilaksanakan dengan baik.
Ketiga, dalam pelaksanaan kebijakan kurikulum Merdeka Belajar telah ditetapkan oleh pihak sekolah tentang tujuan program dalam bentuk Buku Panduan Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar, secara konsisten sesuai dengan tujuan program yang telah ditentukan sebelumnya.
Keempat, perlu pemantauan terhadap pelaksanaan kurikulum secara periodik setiap triwulan atau tiga bulan sekali, bersamaan dengan persiapan pelaksanaan ujian sekolah. Hasil pemantauan ini telah dijadikan bahan evaluasi terhadap pelaksanaan program kurikulum Merdeka Belajar.
BACA JUGA:Membekali Keahlian Kerja Untuk Mengurangi Pengangguran
Metode lain untuk menganalisis capaian Merdeka Belajar adalah analisa pembelajaran lesson study sebagai hasil refleksi yang dikembangkan pertama kali di Jepang dan telah digunakan untuk melakukan perbaikan serta mengidentifikasi beberapa masalah, khususnya di Indonesia (Adieli et al., 2022).
Para peneliti lesson study berpendapat bahwa metode yang digunakan mampu membantu pendidik untuk memahami tujuan dan bagian yang tidak memungkinkan dalam adaptasi yang menjadi dasar praktik budaya.