Belanja Negara Tembus Rp 1.407 Triliun di Semester I 2025, Defisit Melebar Jadi 0,81 Persen PDB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati-Salman Toyibi-Jawa Pos

BELITONGEKSPRES.COM - Realisasi belanja negara Indonesia hingga semester I 2025 tercatat mencapai Rp 1.407,1 triliun atau setara 38,8% dari target dalam APBN 2025. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa belanja ini terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.006,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 400,6 triliun. Secara tahunan, realisasi belanja tersebut tumbuh tipis 0,6% (year-on-year).

Menurut Sri Mulyani, fokus belanja negara diarahkan pada sektor-sektor strategis yang mendukung pembangunan jangka panjang, termasuk bidang pendidikan, kesehatan, penguatan ekonomi daerah, dan program makan bergizi gratis (MBG). 

Selain itu, belanja juga dialokasikan untuk pemberdayaan desa dan UMKM serta mendukung ketahanan pangan dan energi nasional sebagai bagian dari program prioritas nasional.

Di sisi lain, pendapatan negara pada periode yang sama tercatat sebesar Rp 1.210,1 triliun atau 40% dari target APBN. Pendapatan ini terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 985,3 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 224,2 triliun, dan hibah senilai Rp 600 miliar.

BACA JUGA:Stok Beras Capai Rekor Tertinggi dalam 57 Tahun, DPR Puji Kinerja Mentan Amran

BACA JUGA:Dulu Berjaya! 4 Perusahaan Besar Bangkrut di Indonesia, Ini Penyebabnya

Namun, secara tahunan, pendapatan negara mengalami kontraksi 9%. Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan kebijakan fiskal, termasuk tren penurunan harga minyak mentah Indonesia (ICP), pengalihan dividen BUMN ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, serta pembatasan PPN terhadap barang mewah.

Dengan selisih antara pendapatan dan belanja, pemerintah mencatat defisit anggaran sebesar Rp 197 triliun atau setara 0,81% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini meningkat tajam dibandingkan semester I 2024, di mana defisit tercatat hanya Rp 77,3 triliun atau 0,34% dari PDB.

Sri Mulyani menegaskan bahwa pelebaran defisit ini lebih disebabkan oleh tekanan pada penerimaan negara di awal tahun, terutama pada Januari dan Februari 2025. Meski demikian, ia optimistis kondisi fiskal akan membaik pada semester kedua seiring dengan pemulihan penerimaan dan akselerasi belanja produktif. (beritasatu)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan