Sawah Warisan Peradaban yang Tak Mudah Dibangun

Petani memanen padi di Desa Parit Baru, Kecamatan Sungai Raya,, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis (20/2/2025)--(ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/tom)
JAKARTA, BELITONGEKSPRES.COM - Nenek moyang bangsa Mesir mewariskan piramida sebagai bukti kejayaan masa lalu. Demikian pula leluhur bangsa Indonesia meninggalkan candi Borobodur yang menjadi salah satu situs warisan dunia.
Bangunan fisik hasil karya teknologi dan arsitektur masa lalu itu tak lagi diragukan merupakan karya besar peradaban manusia. Namun, banyak yang tak menyadari bahwa sawah juga karya agung nenek moyang Bangsa Indonesia.
Dulu para ahli dari negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia belajar ke Indonesia untuk mencetak sawah yang produktif bagi padi.
Memang membuat sawah bukan perkara mudah seperti dibayangkan banyak masyarakat awam. Mencetak sawah membutuhkan kesabaran dan konsistensi revolusioner agar dapat menghasilkan padi sesuai harapan.
Sawah yang baru dibuka, produktivitasnya rendah. Paling hanya 25-50 persen dari sawah produktif yang telah stabil.
Tanpa kesabaran dan konsistensi yang revolusioner, sawah bukaan baru rentan ditinggalkan pemilik atau pengelola karena membutuhkan biaya tinggi sementara hasilnya rendah.
BACA JUGA:Sawah Pokok Murah ala Djoni untuk Kesejahteraan Petani
Ketika ditinggalkan, hanya dalam waktu 6-12 bulan lahan sawah baru tersebut dapat kembali menjadi semak belukar. Jika ingin dibuka kembali menjadi sawah, maka biaya yang dibutuhkan hampir sama dengan membuka pertama kali.
Musababnya, pada sawah yang baru dibuka terjadi perubahan kondisi yang drastis. Pada lahan kering yang diubah menjadi lahan sawah, maka tanah yang semula porous yang dapat mengalirkan air dari permukaan ke bawah hingga melewati profil tanah, harus berubah menjadi tanah berlumpur yang mampu menahan air dengan lapisan kedap airnya.
Publikasi Nursyamsi beserta tim berjudul ‘Pengaruh Pengolahan Tanah, Pengairan Terputus, dan Pemupukan Terhadap Produktivitas Lahan Sawah Baru pada Inceptisols dan Ultisols Muarabeliti dan Tatakarya’ di Jurnal Tanah dan Iklim pada tahun 2000 mengungkap kendala-kendala yang muncul apabila lahan kering dibuka menjadi sawah baru seperti: a) efisiensi air rendah dan pelumpuran belum stabil; b) kesuburan tanah rendah; dan c) terjadi perubahan kimia tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman akibat penggenangan.
Menurut Nursyamsi, lahan sawah unik dan khas karena memiliki struktur tanah lumpur dan lapisan bajak (plough pan) kedap air yang diperlukan pada budi daya padi.
Akar padi akan tumbuh baik pada tanah lumpur, karena pada kondisi ini penyerapan unsur hara padi lebih efektif. Lapisan bajak berfungsi untuk menahan laju perkolasi (pergerakan air ke bawah melalui ruang pori pada profil tanah) agar air selalu tergenang.
Perluasan Lahan
Pada sawah bukaan baru yang berasal dari tanah berupa lahan kering biasanya struktur tanah lumpur dan lapisan bajak belum terbentuk. Dampaknya laju perkolasi air tinggi dan penggunaan air menjadi boros serta pencucian hara juga tinggi.