Lika-liku Lenyapkan TB

Ilustrasi - Petugas kesehatan menunjukkan hasil rongtsen toraks paru saat pelaksanaan layanan keliling deteksi tuberkulosis (TBC) di UPT Pukesmas Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (1/12/2023)-Yudi/rwa/pri-ANTARA FOTO

BACA JUGA:Mengatasi Konflik dengan Kebijakan Ekonomi

Selain obat-obatan, vaksin, dan partisipasi publik, pemenuhan nutrisi menjadi hal yang disorot dalam upaya pencegahan melawan TB. Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar, masalah gizi seperti malnutrisi dapat menurunkan kondisi imun seseorang, sehingga rentan terinfeksi TB, bahkan berisiko membangunkan TB yang dorman atau tidak aktif.

Contoh saja, sebanyak 80 persen anak Indonesia memiliki masalah gizi, di mana 21,6 persen mengalami stunting, 40 persen mengalami kekurangan mikronutrien seperti zat besi dan vitamin, dan 20 persen lainnya kelebihan nutrisi, sehingga menyebabkan penyakit metabolisme yang dapat memicu masalah imunitas.

Adapun pemerintah juga mengadakan Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya pemenuhan gizi guna meningkatkan imun tubuh, dan BPOM membantu dalam hal pengawasannya sebagai bagian dari pencegahan TB.

Urgensi akan obat baru

Salah satu masalah dalam eliminasi tuberkulosis adalah adanya TB sensitif obat (TBSO) dan TB resisten obat (TBRO). TB resisten obat, di mana kuman kebal terhadap pengobatan, disebabkan oleh sejumlah hal, antara lain diagnosis tidak tepat, pengobatan tidak adekuat, tidak mematuhi anjuran nakes, dan tidak teratur mengonsumsi obat.

BACA JUGA:Membangun Masyarakat Cerdas Finansial Hingga ke Pelosok

Data Kemenkes menunjukkan bahwa pada 2024, keberhasilan pengobatan TBSO pada 2024 sebesar 84 persen, sementara pada TBRO sebesar 58 persen. Padahal, target keberhasilannya sebesar 90 persen untuk TBSO dan dan 80 persen untuk TBRO.

Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar, resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) semacam ini memicu urgensi penemuan obat-obatan baru.

Dia mengatakan bahwa saat ini, sudah ada beberapa jenis obat yang diharapkan bisa menangani masalah ini secara lebih baik, tetapi efikasinya masih perlu diuji.

Pihaknya juga berkomitmen untuk memastikan ketersediaan antibiotik guna penanganan tuberkulosis, agar morbiditas karena penyakit itu dapat dikurangi bahkan dieliminasi.

Masih ada banyak tahapan yang perlu dilalui sebelum kita bisa bernafas lega karena bebas dari TB. Namun, upaya yang konsisten, kolaboratif, dan masif dapat mempercepat upaya umat manusia untuk membuat penyakit itu punah.

Oleh: Mecca Yumna Ning Prisie

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan