OPM Tuduh 6 Guru dan Nakes Bagian dari Intelijen, Ini Kata Kapendam XVII/Cenderawasih
Koops TNI Habema Kogabwilhan III berhasil mengevakuasi para guru korban penyerangan kelompok OPM di Yahukimo, Papua Pegunungan--Koops TNI Habema
BELITONGEKSPRES.COM - Papua kembali diguncang tragedi kemanusiaan setelah sekelompok orang bersenjata menyerang dan membakar hidup-hidup para guru serta tenaga kesehatan di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada Jumat, 21 Maret. Insiden mengerikan ini menambah panjang daftar kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut, memicu kecaman luas dari berbagai pihak.
Kelompok bersenjata mengklaim bahwa para korban merupakan bagian dari aparat intelijen, namun Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih, Kolonel Candra Kurniawan, membantah keras tuduhan tersebut.
"Para korban adalah guru dan tenaga kesehatan yang bertugas mengabdi untuk masyarakat, bukan anggota militer atau intelijen. Ini adalah tindakan kejahatan kemanusiaan yang tidak bisa ditoleransi," ujar Candra pada Minggu, 23 Maret.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kejadian semacam ini merupakan pola berulang di mana kelompok bersenjata berusaha mencari pembenaran atas tindakan brutal mereka. Candra juga menyoroti bahwa masyarakat semakin menyadari dampak kekerasan yang dilakukan kelompok tersebut, yang justru merugikan warga Papua sendiri.
BACA JUGA:OPM Lakukan Pembantaian di Yahukimo, 6 Guru dan Nakes Dibakar Hidup-hidup
BACA JUGA:Teror Paket Bangkai Hewan ke Tempo, Waketum Kadin Bidang Industri Pers Desak Usut Tuntas
"Masyarakat luas sudah tahu bahwa tindakan ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Aparat keamanan akan bertindak tegas untuk memastikan para pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya," tegasnya.
Dalam insiden tersebut, enam orang guru dan tenaga kesehatan menjadi korban pembunuhan dengan cara yang keji. Selain itu, empat gedung sekolah dan satu rumah guru di Kampung Anggruk, Distrik Anggruk, turut dibakar habis dalam serangan tersebut.
Identitas para korban masih dalam proses verifikasi. Namun, sejauh ini Kodam XVII/Cenderawasih telah mengonfirmasi inisial empat guru yang menjadi korban, yakni T, F, F, serta seorang tenaga kesehatan berinisial I. Sementara dua korban lainnya masih belum teridentifikasi.
Guna mengantisipasi serangan lanjutan, sebanyak 58 orang, termasuk empat anak-anak dan seorang warga sipil, telah dievakuasi dari Distrik Heriyapini, Distrik Kosarek, Distrik Ubalihi, Distrik Nisikni, Distrik Walma, dan Distrik Kabiyanggama menggunakan pesawat Adventist Aviation.
Tragedi ini menjadi peringatan keras akan pentingnya perlindungan terhadap tenaga pendidik dan kesehatan di daerah konflik. Keamanan dan keselamatan mereka harus menjadi prioritas, agar pelayanan kepada masyarakat tidak terhenti akibat ancaman kekerasan. (jawapos)