Mari Berandai-andai Jika Tiba-tiba 1 Dolar AS Setara Rp8.170

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta, Selasa (3/9/2024)-Muhammad Adimaja/Spt-ANTARA FOTO

Kegegeran di tengah warganet sempat terjadi pada akhir pekan lalu ketika hasil penelusuran di Google menemukan bahwa tingkat nilai tukar mata uang 1 dolar adalah setara Rp8.170,65.

Sontak, hal itu membuat Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyatakan bahwa level nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebagaimana yang ada di Google ketika itu bukan merupakan level yang seharusnya. Data BI mencatat kurs Rp16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025.

Sementara itu, Google mengatakan kesalahan informasi nilai tukar tersebut berasal dari data konversi pihak ketiga. Pihak penyedia data pun segera diminta untuk memperbaiki kekeliruan itu.

Memang membuat penasaran untuk membayangkan apa yang terjadi bila mata uang rupiah menguat tiba-tiba terhadap dolar AS. Dalam kajian ilmu ekonomi itu sendiri, fenomena naiknya nilai mata uang terhadap nilai mata uang asing dalam sistem nilai tukar itu biasa disebut sebagai "apresiasi", sedangkan bila terjadi sebaliknya atau penurunan nilai mata uang adalah "depresiasi".

BACA JUGA:Alarm Badai PHK dan Solusi Ekonomi Indonesia

Apresiasi mata uang suatu negara terhadap mata uang lainnya secara tiba-tiba dan cepat dapat menimbulkan banyak dampak. Mata uang yang lebih kuat membuat barang dan jasa dari negara tersebut menjadi lebih mahal untuk diekspor oleh pembeli asing, sehingga bisa menyebabkan penurunan daya saing ekspor, dan mungkin merugikan industri yang bergantung pada ekspor.

Di sisi lain, impor menjadi lebih murah, yang dapat menguntungkan konsumen dan dunia usaha yang bergantung pada barang-barang dari luar negeri. Hal ini dapat menurunkan inflasi, tetapi juga dapat merugikan produsen dalam negeri yang menghadapi persaingan dengan barang-barang luar negeri yang lebih murah.

Selain itu, jika suatu negara mempunyai utang luar negeri, terutama dalam mata uang dolar, maka akan lebih mudah untuk melunasi utang tersebut. Kurs yang lebih kuat berarti dibutuhkan lebih sedikit mata uang lokal untuk dikonversi menjadi dolar untuk pembayaran utang.

Sementara nilai mata uang yang terapresiasi dengan cepat dalam teori juga dapat menjadikan negara ini tempat yang menarik bagi investasi asing, karena investor mungkin melihatnya sebagai tanda kekuatan ekonomi. Namun, hal ini juga dapat menghalangi investasi di industri berbasis ekspor, karena industri tersebut mungkin akan kesulitan menghadapi penguatan mata uang.

BACA JUGA:Menguatnya Rupiah di Google dan Ilusi Digital yang Menyesatkan

Sebaliknya, apresiasi mata uang yang cepat berpotensi dapat menyebabkan ketimpangan ekonomi, karena sektor-sektor yang berorientasi ekspor bisa terkena dampaknya, sehingga menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan, sementara industri-industri yang mendapatkan keuntungan dari impor yang lebih murah akan mengalami pertumbuhan.

Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpuasan dan ketidaksukaan, terutama di kalangan pekerja di sektor yang terkena dampak. Singkatnya, apresiasi mata uang yang cepat dapat menciptakan peluang sekaligus tantangan, sehingga diperlukan tindakan penyeimbang yang tepat bagi pemerintah untuk mengelola perubahan ekonomi sambil menjaga stabilitas politik.

Yen Jepang

Berbagai penjelasan yang telah disebut di atas dapat disebut sebagai penjelasan teoritis. Namun, bagaimana dengan catatan sejarah, adakah contoh nyata dari berbagai mata uang yang tiba-tiba menguat signifikan hanya dalam jangka waktu beberapa tahun?

Satu contoh yang terkemuka terkait hal itu adalah penguatan mata uang yen Jepang pada periode 1985-1987, setelah terjadinya kesepakatan yang disebut sebagai Plaza Accord.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan