Simpang Siur Pembukaan Smelter Timah di Batam, Beliadi Jelaskan Langkah Hashim Djojohadikusumo

Foto Wakil Ketua DPRD Babel Beliadi bersama Harwendo Adityo Dewanto dan Hashim Djojohadikusumo-Istimewa-

"Smelter ini akan menyuplai bahan baku ke smelter hilirisasi di Batam milik Arsari Group. Mungkin kedepannya, pasokan juga akan datang dari Babel," jelasnya.

BACA JUGA: Polres Belitung Keluarkan SP3, Hendra Pramono Tidak Terbukti Lakukan Penipuan, Arif Minta Maaf

Selanjutnya, Beliadi menjelaskan bahwa dalam proses hilirisasi, pihaknya juga berencana untuk membeli balok timah dari luar negeri.

Sebagai contoh, jika mereka ingin mengirim produk hilirisasi timah ke luar negeri, mereka juga bisa mengimpor balok timah dari Filipina, Brasil, Myanmar, China, dan negara-negara penghasil timah lainnya.

Hal ini juga menjadi pertimbangan penting, karena pabrik tidak akan berani berinvestasi hingga mencapai satu triliun jika sumber bahan bakunya hanya dari satu tempat.

"Ini bisa berbahaya jika pasokan dari satu sumber terhenti. Begitu pula saat kita ingin mengimpor bahan baku timah dari luar negeri ke Babel, yang cukup sulit, seperti yang saya sebutkan sebelumnya," jelas Beliadi.

Perlu diketahui, saat ini di Indonesia, undang-undang mengatur bahwa kualitas timah yang boleh diekspor dalam bentuk balok harus memiliki kadar kemurnian triple 9 (99,9%).

BACA JUGA:Vonis Kasus Korupsi Timah: 3 Petinggi Smelter Babel Dijatuhi Hukuman Lebih Ringan

Namun, negara lain seperti Filipina, Brasil, China, Myanmar, Kongo, Vietnam, Malaysia, dan lainnya, bisa mengekspor timah meskipun kadar kemurnian timah tersebut hanya 90%. Hal ini karena timah akan dilebur kembali dan dipisahkan sesuai dengan klasifikasi dan penggunaannya.

"Jadi, sebenarnya tidak diperlukan timah balok dengan kadar triple 9 (9.99) seperti yang diatur di Indonesia. Oleh karena itu, impor balok timah dari luar negeri seringkali lebih murah," tambah Beliadi.

Beliadi menegaskan, tujuan pembukaan smelter hilirisasi di Batam oleh Arsari Group adalah berdasarkan pertimbangan bisnis, karena infrastruktur di Babel masih belum memadai, dan karena ini bukan lembaga sosial.

"Jadi, kami mempertimbangkan untung rugi. Jika sebuah pabrik tidak menguntungkan, pabrik itu bisa ditutup. Begitu juga dengan sumber bahan baku yang bisa datang dari dalam atau luar negeri," jelasnya.

Beliadi juga menambahkan bahwa masyarakat perlu memahami bahwa saat harga timah global tidak stabil, atau saat ekspor timah ke luar negeri tidak menguntungkan, maka pabrik bisa membeli timah dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan smelter di Batam.

BACA JUGA:Korupsi Timah: 2 Petinggi Smelter di Babel Divonis 8 Tahun Penjara, Uang Pengganti Fantastis

Ia juga menegaskan bahwa tidak benar jika ada anggapan bahwa mereka tidak peduli dengan Babel. Justru, Mitra Stania Prima (MSP) telah membangun smelter dengan kualitas timah batangan terbaik di Kawasan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Babel, sejak lama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan